Selasa, 21 September 2010

Download Mp3 Cakka dan Shilla

Download

Hei All yang mau Download MP3nya Cakka dan Shilla...
Disini Tempatnya...

Cakka's Mp3


N.B : Klik pada Nama Lagunya untuk Download

Shilla's Mp3
1. Shilla - Dear Diary download
2. Shilla ft. Sivia - Aku Tak Mau Sendiri download
3. Shilla - Aku Bukan Boneka download
4. Shilla - Dansa Yuk Dansa download
5. Shilla ft. Irva - A Lotta Love download
6. Shilla ft. Papa Boy - Yok Rame Rame download
7. Shilla, Sivia, Ify, Septian (Gank Gaul) - You Say Aku download
8. Shilla, Oik, Sivia,Ify, Zahra, Rahmi, Agni, Gita, Cahya - Tak Perlu Keliling Duniadownload
9. Shilla - That's What Friend Are For download


N.B : Klik Download untuk nge-download Lagunya

Sabtu, 18 September 2010

Shitters Racun dan C~Luman Buaya Darat.......

Lagi Emosi sama Anti Cakka dan Anti Shilla….
Grrrrrr………
Kasian Si Shilla di Hina-hina terus di twitter…..
Apalagi sampe ada yang buat acc twitter Shitters (Shilla Haters)….
Kalau Cakka yang biasa orang tahu itu C~HATers
Padahal C~Luman(Baca Siluman) juga ada bahkan ada
Sitenya …. Tapi untung Ning udah di tutup… Jadi Goodbye C~Luman,…
Awas muncul lagi :p…
Ini ada lagu ciptaan kita anak-anak CSF buat Shitters racun dan C~Luman Buaya Darat!!

Shitters Racun
(Nada dan Lirik Dasar : Keong Racun)
Arranger By : Cinda (@cakshillfevers) and Fiya (@chocofiya)

Dasar Kau Shitters RACUN….
Enggak kenal tapi ngajak Ribut….
Ngomong gak sopan santun…
Kau Anggap Shilla Ayam Kampung….

Kau Hina Shillaku
Kau Ejek Shillaku
Kau Fitnah Shillaku….

Reff:
Hei kau tak tahu malu
Tanpa pikir panjang kau mengajak SHIVers ribut
Hei kau bodoh sekali
Tanpa basa basi kau mengajak adu mulut

Mulut komat kamit matanya melotot
Lihat Shilla Cantik kau bisanya sewot
Mentang-mentang Cantik
Shilla dianggap Jablay

Dasar Shitters bodoh bisanya Cuma ngiri
Sory…sory…sory woyy!
Jangan Remehkan SHIVers
Sory…sory…sory mbak….
Shilla bukan si Jablay
Back to Reff

Dasar Kau Shitters Racun
Enggak Kenal udah ngajak ribut…



C~Luman Buaya Darat
(Nada dan Lirik : Lelaki Buaya Darat)
Arranger by : Kaila (@kailalaaw)

Lihatlah…
Pada Cakkaku….
Cakka Ganteng dan Menarik
Dan Kau mulai Iri Padanya…

Cakka Punya Sgalanya
Tampang,Suara dan Berbakat
Tapi Kau Malah menghina
Bagai Hantu tak tahu diri…

oh.uwo..uwo…..

Reff:
C~Luman Buaya Darat
Busyet!! Sungguh tak tahu malu…
Mulutnya kotor sekali
Juga hati bagai srigala..

Cakka Punya Smuanya…
Keren,Perfect dan juga Oke
Tapi Kau malah mengejek…
Mungkin karna kau sakit hati…
Back to Reff

C~Luman yang bodoh….
C~Luman yang Naif..
C~Luman bisanya iri kepada Cakka…
Back to Reff

Tapi tenang aja….
Cakka masih punya C~LUVers semuanya..
Yang akan Slalu….
Mendukung Cakka !!

Oke mudah2ang Shitters2 dan C~Luman2 dimuka bumi ini lenyap

Salada CSF :)
Salam Damai CSF!!

Jumat, 17 September 2010

Dettol,Boombastis,Dahsyat Moment Ter-CakShill :)

Oh ya Pada Tahu kan Cakka Shilla pernah terlibat syuting Bareng :)
Yap... Iklan Dettol yang di tayangkan setiap buka puasa tahun lalu....
Ini ada salah satu videonya (iklannya sih ada 2 cuma yang di youtube cuma ini sih ,,,payah!! padahal yang satu CakShill Banget)









ini Waktu di dahsyat :)

ini di boombastis :)

Videonya ada kok Klik Disini Aja :)

Oke Sekian Post Saya Hari ini Jangan lupa Join di Fansite baru CSF
http://cakkashillafevers.co.cc

Oke.. Salam CSF

Cara Sign Up di Fansite Baru CSF




Langkah pertama

Karena sitenya di private anda tidak bisa masuk sebelum sign up atau sign in…
Jika anda belum punya account beginilah cara sign up…

Ada 3 Alternative sign up… With E-mail… With FB … dan With My Space…

With e-mail…

-          Klik sign up yang ada dibagian bawah maka anda akan masuk ke bagian pertanyaan
-          Isilah pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik dan benar
-          Jika sudah klik sign up atau join
-          Jika belum bisa dan ada tulisan seperti ‘this fansite is private you must join before’ silahkan lihat pada bagian atas sebelah kiri kotak dialog search ada tulisan ‘join this grou’
-          Klik Join This Group… Maka anda akan mengisi kemabali pertanyaan-pertanyaan
-          Jika selesai Klik Join…maka anda akan masuk ke beranda CSF
-          Jika belum bisa juga berari alamat e-mail yang anda pakai telah digunakan sebelumnya karena sebagian besar member CSF telah di import ke site itu… Jadi tanyakan passwordnya pada admin lewat twitter atau FB…

With FB
-          Klik Sign Up With FB
-          Maka sebuah tab kecil akan muncul
-          Isilah email dan password acc FB anda
-          Klik Sign In
-          Maka anda akan di redacting ke profile dan nama anda
-          Klik Allow pada bagian bawah
-          Tunggu sampai Tab kecil itu hilang dan anda akan di redicting back ke Beranda CSF

With My Space
-          Klik Sign Up With My Space
-          Maka sebuah tab kecil akan muncul
-          Isilah email dan password acc My SPace anda
-          Klik Sign In
-          Maka anda akan di redacting ke profile dan nama anda
-          Klik Allow pada bagian bawah
-          Tunggu sampai Tab kecil itu hilang dan anda akan di redicting back ke Beranda CSF

Yang belum mengerti tunjuk tangan
Yang sudah tunujuk kaki (?)

Cstory : Gitar Tua by Chantal

Shilla memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu gelap hanya ada cahaya samar-samar dari atap karena gentengnya sepertinya bocor. Matanya lalu terpaku pada sebuah peti yang kelihatannya berbeda dari barang-barang yang lain disekitarnya. Peti itu terlihat paling mengkilap diantara yang lainnya seperti sangat dijaga dan dirawat baik-baik. Shilla pun mendekati peti tersebut baru saja Ia ingin membuka peti tersebut tiba-tiba….

“Kreek..kreeek…” Suara Pintu terdengar dibuka dengan perlahan Oleh seseorang…
Shilla Panik…
Baru saja Ia ingin bersembunyi tapi terlambat orang itu telah mengetahui keberadaan Shilla disitu…
“Shilla……ngapain kamu disini?”Tanya Orang itu kelihatannya sangat kaget ketika melihat keberadaan Shilla disitu…
“Cakka…aku…”Kata Shilla dipotong oleh orang yang bernama Cakka itu…
“Aku sudah bilang sama kamu jangan pernah masuk ruangan ini tanpa seizinku… Kenapa kamu malah masuk mengendap-endap seperti pencuri kedalam ruangan ini?” Tanya Cakka yang emosi
Shilla tertunduk lalu berkata…
“Maafin Aku Cakka… Aku tak bermaksud seperti itu… Aku Cuma pengen tahu kenapa kamu selalu melarangku untuk masuk kedalam ruangan ini… Trus kenapa kamu bisa betah berada diruangan ini tanpa mengizinkan seorangpun masuk kedalam… Aku kan sahabat kamu masa kamu tak mengizinkan aku untuk masuk kedalam ruangan ini juga…”
“Aku kan sudah bilang sama kamu nanti suatu saat pasti akan ku beri tahu… tapi bukan sekarang dan bukan dengan cara yang seperti ini… Sahabat macam apa kamu kalau caranya seperti ini hah???!!!!”
Kata-kata Cakka barusan seperti pedang bermata dua yang menusuk hati Shilla… Shilla tak tahan dia sudah mulai mencucurkan airmatanya… Ia pun meninggalkan Cakka dari tempat itu sambil berlari keluar dari ruangan itu…

Cakka sadar kalau dia tak seharusnya bersikap begitu kepada Shilla… Apalagi Shilla adalah sahabatnya tetapi Cakka sudah terlanjur terbawa emosi sehingga dia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri…


Cakka menatap Shilla dari kejauhan… Rasa bersalah masih ada didalam dirinya setelah kejadian dia membentak Shilla dan membuat dia menangis hanya karena ruangan misteri Cakka… Ia tak berani menyapa Shilla karena takut Shilla masih marah dengannya…
Tapi ternyata Shilla berjalan kearahnya semakin mendekat dan dekat, Kini Shilla telah berada didepan Cakka…

“Heeii bebek dari tadi kemana aja? Gak kelihatan kamu… biasanya udah nyamperin aku dikelas”
Cakka kaget dengan sikap Shilla yang biasa terhadapnya… Shilla tidak marah sedikitpun… Cakka masih melongo…
“Bek… Kok bengong kayak gitu? ke kantin yuk…” Kata Shilla sambil menarik Cakka…
“Eh?! Kodok… mmm… ayo…” Cakka bangkit dari tempat duduknya menuju kantin bersama Shilla…

Cakka dan Shilla memang bersahabat sejak lama mereka juga punya panggilan akrab Shilla memanggil Cakka dengan Panggilan Bebek sedangkan Cakka memanggil Shilla dengan Panggilan Kodok… Dimana ada Cakka disitu juga ada Shilla… Mereka saling melengkapi tapi satu hal yang Cakka tak pernah cerita kepada Shilla tentang sebuah ruangan seperti gudang di belakang rumah Cakka… Sejak mereka bersahabat Cakka tak pernah mengizinkan Shilla masuk kedalam ruangan itu… Dan yang membuat Shilla heran Cakka betah berlama-lama didalam ruangan itu…
Itulah yang membuat Shilla nekat ingin masuk ke dalam ruangan itu karena dia penasaran dengan Isi ruangan itu…
Cakka dan Shilla nyaris tak pernah bersih teggang seperti kemarin kalau palingan Cakka marah sama Shilla atau sebaliknya hanya dalam hitungan detik pasti sudah baikan. Itulah yang terjadi kali ini juga…
Tapi kali ini Cakka benar-benar merasa bersalah makanya dia takut kalau Shilla marah dan tak mau memaafkan dirinya…

Cakka dan Shilla telah tiba dikantin … Setelah mereka memesan makanan mereka duduk di sebuah meja nomor 25…

“Hmmm… Dok… maafin aku soal kemarin yah….”
“Haha… Bek… gak usah dipikirin deh udah aku maafin sebelum kamu minta maaf… lagipula aku juga salah … betul kata kamu sahabat macam apa aku ini yang gak mau mendengarkan kata sahabatnya sendiri… udah ah gak usah ngomongin itu yang penting sekarang kita tetap sahabat” Shilla tersenyum
“Aku Janji suatu hari akan ku ajak kamu melihat sesuatu yang ada didalam ruangan itu… suatu hari….”


Shilla menunggu Cakka didepan kelas Cakka… Shilla sudah tak berpakaian seragam sekolah dia mengenakan kaos berwarna Pink dan Celana jeans selutut serta sepatu kets…
Shilla sudah pulang sekolah memang dari tadi tapi Cakka belum… Karena Cakka ikut kelas Akselerasi yaitu kelas percepatan…
Kelas Akselerasi adalah kelas khusus siswa yang berprestasi tak sembarang orang bisa masuk kedalamnya… Mereka hanya mempunyai 7 orang murid yaitu Cakka, Alvin, Obiet, Debo,Ozy, Agni dan Gita …
Yap… Cakka memang lebih muda setahun dari Shilla tapi kini mereka sekelas…
Kelas Akselerasi pulang lebih lama daripada regular… Kalau regular jam 2 siang sudah pulang sedangkan kelas Akselerasi baru menyelesaikan KBM pada jam 4 sore… Shilla sudah terbiasa menunggu Cakka didepan kelas Cakka…
Ia menunggu Cakka sambil membaca sebuah Novel yang sudah beberapa hari ini dia baca… Sesekali menengok kearah pintu kelas Cakka yang dikunci rapat…

Tak lama kemudian pintu itu dibuka oleh seorang Guru… Guru itu adalah Sir Dave guru bahasa Inggris yang agak kawai… Dia menatap Shilla, Shilla tersenyum padanya… Sir Dave memang sudah biasa melihat Shilla didepan kelas Akselerasi tiap kali dia selesai mengajar…

“Good Afternoon Sir…” Sapa Shilla…
“Good Afternoon Shilla…” Balas Pak Dave lalu berlalu dari hadapan Shilla…

Seseorang mengeluarkan kepalanya dari dalam kelas tersebut… Itu adalah Debo…

“Kebo… Cakka mana?” Tanya Shilla pada Debo…
“Ahh… Kamu sama Cakka sama aja yah manggil aku Kebo… ganteng begini dibilang Kebo….Cakka ada didalam… mau aku panggilin?”
“Pake nanya lagi… yaiyalah…”
“Pangeran Bebek… sudah di jemput Putri Kodok….”Teriak Debo…
“Sebentar Kebo… Gue lagi beres-beresin barang…” Terdengar suara Cakka dari dalam…

Cakka dan Shilla memang suka memanggil Debo dengan sebutan Kebo soalnya dulu waktu perkemahan Debo paling susah dibangunin tidurnya kayak Kebo deh…hehehe piss…

Cakka memakai sepatunya… Didalam kelas Akselerasi memang dilarang menggunakan sepatu kalau lagi dikelas.
Jadi anak-anak akselerasi menyediakan sandal khusus untuk dipakai didalam kelas… Setelah memakai sepatunya Cakka keluar dari ruangan itu…

“Udah siap… yukkk…” Kata Cakka
“Yuk…”
Cakka dan Shilla pergi dari situ…


“Emang tugas kamu apa sih Dok?” Tanya Cakka
“Ini nih sejarah… suruh buat keliping tentang kemerdekaan Indonesia kan sebentar lagi 17-an… Jadi Bu Winda menyuruh kita buat keliping Bek…”
“Ohh… aku punya mungkin beberapa buku yang bisa membantu kamu… Yuk kerumah aku aja Dok…” Kata Cakka…

Merekapun pergi menuju sebuah rumah yang cukup megah… Lalu masuk ke ruang belajar Cakka…

“Bebek… Mama sama Papa kamu kemana?”Tanya Shilla
“Oh biasalah Dok kayak gak tahu mama dan papa aja… sibuk…” Kata Cakka…

Cakka dan Shilla memulai mencari artikel-artikel tentang kemerdekaan Indonesia mereka membuka-buka beberapa buku milik Cakka…
Shilla kemudian membuka sebuah buku sejarah yang kelihatannya sudah usang…
Tiba-tiba Ia menemukan sebuah Foto… Seperti Foto Cakka waktu masih kecil… Waktu itu Cakka pernah menunjukan Foto masa kecilnya dan anak laki-laki kecil ini mirip dengan foto Cakka yang waktu itu ditunjukan pada Shilla… Anak laki-laki itu memegang sebuah Gitar tua…
Tapi di foto itu gak Cuma anak laki-laki kecil yang mirip Cakka tetapi ada seorang anak perempuan kecil dikuncir dua wajahnya tak jauh dengan Cakka… Ada juga seorang Pria yang memeluk anak laki-laki dan perempuan itu… Tapi Pria itu bukan seperti Papanya Cakka yang Shilla kenal…Terdapat pula kue ulang tahun dengan angka lilin angka 6…
Tertulis dibelakang…. ‘Selamat Ulang Tahun Anak-anakku 18 Agustus 2004… Cakka Kawekas Nuraga dan…. Cah’
Shilla tak sempat membaca tulisan selanjutnya… Cakka tiba-tiba berkata…
“Dok… artikel ini sepertinya bagus buat tugas kamu….”
Shilla segera memasukan kembali Foto yang Ia temukan ke dalam buku itu lalu meletakan buku itu ditempat semula…
“Mana??” Shilla menghampiri Cakka…
“Ini … nanti gambar-gambarnya aku googling aja yah..” Kata Cakka menyerahkan sebuah buku kepada Shilla...
“Bebek….boleh nanya sesuatu gak?” Kata Shilla setelah mengambil buku tersebut sedangkan Cakka masih sibuk dengan Laptopnya…
“Nanya aja…” Kata Cakka sambil memainkan mouse…
Shilla berpikir sejenak…
“Hmmm…. Gak jadi deh… nanti kapan-kapan aja…”
“Nanya aja sekarang sebelum aku berubah pikiran…”
“Gak apa-apa lagipula pertanyaanku gak penting…” Shilla tersenyum garing…

Sebenarnya dia ingin menanyakan Soal Foto yang tadi… Tapi dia takut nanti Cakka marah lagi apalagi semenjak kejadian waktu itu…
Jadi Shilla mengurungkan niatnya… Nanti kalau suasananya lagi enak baru dia bertanya kembali…



Dikelas 7 katanya ada murid baru anak-anak sesekolahan sibuk membicarakan murid baru itu… Katanya seorang cewek cantik…
Shilla jadi penasaran dengan cewek tersebut…

“Bruuukkk…” Cakka menabrak seseorang…
“Maaf…” Kata Orang itu sambil memungut kembali buku-bukunya…
“Oh gak apa-apa seharusnya aku yang minta maaf karena aku yang menabrak kamu….” Kata Cakka…
Iapun mengangkat kepalanya…
Cakka melihat sosok Gadis manis didepannya dilehernya ada sebuah kalung yang bertuliskan ‘Cahya’ …
Cakka shock melihat kalung itu… Dia seperti mengulang kembali sebuah memori… Tepatnya diulang tahunnya dulu…

-FlashBack-

Hari itu tanggal 18 Agustus 2004 sehari setelah peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI….
“Cakka…Cahya… bangun…” Sebuah suara membangunkan dua anak kecil laki-laki dan perempuan…
Tak lama kemudian mereka terbangun…
“Hmmmm… ada apa Ayah? Pagi sekali ini…” Kata Cakka kecil…
“Iya nih … masih ngantuk…” Kata Cahya saudara kembar Cakka…
“Heiii…. Ini hari penting… ulang tahun kalian… masa kalian lupa juga… ayo siap-siap… sekalian kita ke makam kakek dan Bunda… kemarin tanggal 17 Agustus kita gak sempat Ziarah ke makam kakek kan? Sekalian kita ke makam Bunda kita Ziarah 6 tahun kepergian Bunda…”Kata Ayah mereka lirih…

Kakeknya Cakka adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus mereka biasanya berziarah ke makam kakeknya sedangkan kemarin mereka tak sempat berziarah karena Ayah Cakka sakit…
18 Agustus adalah hari ulang tahun Cakka dan saudara kembarnya Cahya… Sekaligus hari kematian Bunda mereka karena waktu melahirkan mereka Bunda mengorbankan nyawanya…

“Ayah yakin kita pergi ke makam Kakek sama Bunda? Ayah sudah sembuh?”Tanya Cakka…
Ayahnya mengangguk… Merekapun bersiap-siap setelah itu menuju ke sebuah tempat pemakaman…
Mereka menuju ke 2 buah kuburan yang berdekatan… Itu adalah kuburan Kakek dan Bunda mereka…
Setelah memanjatkan doa mereka menaburkan bunga melati yang dibawa mereka dari rumah…
“Pa…ini cucu-cucu papa… udah besar loh pa…sekarang udah 6 tahun… dirgahayu pa… maaf kemarin anakmu tak bisa datang berkunjung kemari… semoga tenang dialam sana…” Kata Ayah Cakka…
Kemudian dia beranjak dari situ… dan menuju makam yang ada disebelahnya… itu adalah makam Bundanya Cakka…
“Bun… ini anak-anak kita Cakka dan Cahya… Ini hasil pengorbananmu… sekarang mereka tepat berusia 6 tahun…itu artinya 6 tahun juga kamu tak bersamaku…” Airmata Ayah Cakka sudah mulai menetes… sementara Cakka dan Cahya hanya menatap lirih makam bunda mereka… Bunda yang tak pernah mereka lihat…

Seusai berziarah mereka kembali ke rumah mereka…
Ternyata ayah mereka sudah menyiapkan sebuah kue ulang tahun yang diatasnya bertuliskan angka 6 dan 2 buah kado…
Setelah meniup lilin dan memotong kue mereka membuka kado pemberian Ayah mereka… Cahya membuka pertama kado yang diberikan Ayah…
Ternyata sebuah kalung yang bertuliskan ‘Cahya’…
“Wah bagus sekali…. Makasih ya Ayah…”Kata Cahya sambil memeluk Ayahnya…
“Pasti Hadiah aku lebih bagus… hadiahku kan lebih besar…”Sombong Cakka lalu membuka kado tersebut… dan Isinya adalah sebuah Gitar tua…
“Loh kok gitar tua…? Hadiahnya Cahya bagus kok aku gitar tua sih?” Protes Cakka… sedangkan Cahya tertawa kecil…
“Waktu itu kan Cakka pernah bilang pengen jadi gitaris Iya kan?”
“Iya…tapi masa pake gitar tua begini…”
“Cakka jangan melihat benda dari usianya tetapi lihatlah dari kekuatannya Gitar ini milik kakek… waktu ulang tahun Ayah kakek juga memberikan gitar ini untuk Ayah…awalnya Ayah juga protes seperti kamu… tapi ketika mendengar penjelasan kakek… Ayah sadar kalau itu salah…”
“Iya deh…. Makasih yah Ayah hadiahnya bagus… akan Cakka rawat Gitar ini…” Kata Cakka memeluk Ayahnya…
Setelah itu merekapun mengabadikan momen itu dengan berfoto…
Tiba-tiba ayah Cakka batuk keras dan mengeluarkan darah….
Cakka dan Cahya menangis melihat Ayahnya…
“Cakka… Cahya… jadilah anak yang baik… Cakka… ayah titip Cahya yah… kamu kan anak laki-laki harus melindungi Cahya… Cahya jangan bandel sama Cakka… maaf ayah tak bisa membahagiakan kalian…” Setelah berkata seperti itu Ayah mereka menghembuskan nafas terakhir…
Cakka dan Cahya Histeris…

Tak lama setelah Ayahnya meninggal hanya berselang beberapa menit seorang ibu-ibu datang bersama 2 orang lelaki…

“Mana Ayah kalian??” Tanya Ibu itu…
Cakka dan Cahya diam masih meratapi jasad ayahnya didepan mereka yang terbujur kaku…
“Oh jadi ayah kalian sudah meninggal? Kalau begitu kalian angkat kaki dari rumah ini…. Karena Ayah kalian belum membayar sewa bulan ini… eh pake acara mati segala…”Kata Ibu itu.. Kemudian Ibu itu menyuruh ke dua laki-laki tadi…
“kalian angkat mayat orang ini trus buang ke sungai dibelakang aja… gak penting…”
“Jangan Bu… Aku mau Ayah dikuburkan dengan layak…” Kata Cakka merengek…
“Baiklah kamu bisa mengambil jasad ayahmu dan menguburkannya dengan layak tapi sebagai gantinya… Anak perempuan yang manis ini harus ikut bersamaku…” Kata Ibu itu…
Iapun menyuruh 2 lelaki itu menyeret Cahya….
“Cakka….” Teriak Cahya…
“Cahya…” Teriak Cakka berusaha melepaskannya dari genggaman 2 orang lelaki itu…. Tapi nihil Cakka kecil terhempas…
“Oh ya,… jangan lupa singkirkan mayat ayah kamu dari rumahku secepatnya… nanti dia gentayangan disini lagi…”Kata ibu itu

Lalu pergi membawa Cahya Dari situ….

-FlashBack Selesai-

Cakka masih terperangah melihat kalung yang digunakan Gadis didepannya sangat mirip dengan punya saudara kembarnya…
“Heii…kok kamu bengong begitu?”Tanya Gadis itu…
“Eh,… gak apa-apa kok… mmm… nama kamu Cahya ya?”Tanya Cakka..
“Iya,… tapi itu nama keduaku kamu bisa panggil aku Oik…kamu tahu dari mana kalau namaku Cahya?”Kata Gadis itu lalu mengulurkan tangannya…Cakka membalas uluran tangan gadis itu…
Cakka bengong kembali… apakah gadis didepannya ini benar saudara kembarnya? Tapi Cahya itu nama depan saudara kembarnya bukan nama kedua…
 “Heiii kok kamu bengong lagi?”
“Oh…iya namaku Cakka…dari kalung kamu…kalung kamu bagus…”
“Oh ini…makasih… Ini pemberian seseorang yang penting dalam hidupku… tapi kini dia telah tiada… eh maaf jadi curcol…Senang berkenalan dengan kamu Cakka…”Kata Oik…
“Sama-sama”Cakka tersenyum
Dalam pikirannya ‘kalau dia memang Cahya kenapa diagak mengenali aku… tapi kalau bukan kenapa kalung itu begitu mirip dengan punya Cahya… dan katanya kalung itu pemberian orang yang penting dalam hidupnya…
Cakka berada dalam dilemma… semenjak saat itu dia memutuskan untuk mencari tahu tentang Oik…

Dari jauh tampak Shilla sedari tadi memperhatikan Cakka dan Oik si Murid baru, Ada perasaan aneh didalam dirinya melihat Cakka begitu lama menggengam tangan Oik…
Mungkin cemburu… ah gak…gak… Shilla berusaha menepis perasaan aneh didalam dirinya…
Seharusnya dia tak begitu Cakka kan Cuma ingin punya teman baru pikirnya…
Tapi semakin Ia tepis semakin menjadi-jadi perasaan itu…


Semenjak Cakka berkenalan dengan Oik … Cakka jadi jarang main dengan Shilla biasanya rutin… Dulu Cakka tiap pagi menjemputnya dan pergi sama-sama ke sekolah… Kini tak lagi seperti itu…
Tapi Shilla seperti biasa menjemput Cakka di kelasnya… Shilla memang agak kurang suka dengan keberadaan Oik yang membuat persahabatan Cakka dan Shilla agak renggang…

Suatu ketika Shilla menemukan Cakka sedang duduk merenung ditaman sekolah…
“Bek…ngelamun aja…mikirin apa sih?”
“Mikirin sesuatu”Jawab Cakka penuh misteri
“Kok belakangan ini jarang main sama aku lagi sih Bek?”
“Sibuk…”Jawab Cakka singkat
“Sibuk sama Oik yah? Cieee yang punya sahabat baru…sahabat lama dilupakan…”
“Kenapa kamu Cemburu?”Goda Cakka
“Cemburu?! Siapa yang cemburu gak kok…”Kata Shilla sambil memalingkan wajahnya dari Cakka karena takut Cakka melihat perubahan wajahnya…
“Oh…yaudah kalau gitu…”
Shilla agak kecewa dengan jawaban Cakka barusan Ia kemudian menghela nafasnya…
“Cakka sebentar lagi kan kamu ulang tahun…kamu mau hadiah apa dari aku?”Tanya Shilla…
Tiba-tiba wajah Cakka berubah kelihatannya gak suka…
“Jangan pernah kamu ngomongin ulang tahun aku… sudah beberapa kali aku bilang…”
“Tapi masa tiap tahun kamu gak mau ngerayain ultah kamu sih?”
“Karena itu hari terburuk dalam hidupku…”
“Loh? Seharusnya Hari ulang tahun adalah hari yang bahagia”
“Itu buat kamu… Tapi tidak untuk aku…” Kata Cakka…
Ia melihat Oik yang sedang lewat…
“Oik…” Cakka memanggil…
Kemudian dia pergi dari hadapan Shilla menuju ke tempat Oik…
Shilla merasakan sesuatu yang sakit dari dalam dirinya tadi ketika Cakka lebih memilih bersama Oik ketimbang menjawab pertanyaan Shilla…
Shilla masih menyimpan pertanyaan kenapa Cakka tak mau merayakan ulang tahunnya dari dulu padahal itu adalah hari bahagianya…


Shilla membuka matanya Ia menatap kalender yang berada di dinding kamarnya… 17 Agustus 2010… Hari Proklamasi…
Setiap tanggal 17 Agustus dia selalu teringat pada Cakka karena tiap tanggal 17 Agustus Cakka biasaya paling bersemangat…
Biasanya Cakka membangunkan Shilla tiap tanggal 17 Agustus dengan cara yang aneh-aneh karena terlalu bersemangat…
Tahun lalu Shilla ingat Cakka membangunkan Shilla dengan Cara menabuh drum kecil sambil menyanyikan lagu Indonesia raya trus pake baju merah putih… tinggal digerek deh dia jadi bendera…
Tapi pagi ini batang hidung Cakka tak terlihat sedikitpun…
Memang sih hari ini Cakka jadi pemimpin upacara disekolah jadi harus datang lebih awal tapi kan tiap tahun juga begitu…
Apa jangan-jangan gara-gara Oik?... ‘arrrgggh’ Shilla menepis semua pikiran buruk terhadap Cakka… Mungkin saja dia sibuk pagi ini… ‘yah mungkin…’

Shilla telah tiba disekolah… 17 Agustus tahun ini dia menjadi Paskibra…
Dengan pakaian putih-putih ala paskibra dia memasuki area sekolah…
Dilihatnya Cakka sudah menyambutnya didepan gerbang…
“Pagi Kodok… maaf yah tadi pagi gak ngebangunin kamu…”
“Pagi juga Bek… Iya gak apa-apa…”
“Sudah siap merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia…”
“Harus siap dong…”
“Yuk… bawa benderanya ati-ati yah…”
“Kamu juga pimpin upacaranya yang baik biar khidmat…”
“Pastinya…”
Merekapun masuk kedalam sekolah…

Yah begitulah Cakka dan Shilla walaupun kemarin sempat ada pertengkaran sedikit pasti besoknya sudah baikan dan saling melupakan kesalahan…
Tepat jam 09.00 upacara bendera berlangsung dengan Khidmat…
Dengan pemimpin upacara Cakka dan Pembina Upacara Pak Duta sang kepala sekolah…
Bendera merah putih yang dikibarkan Oleh paskibra yaitu Riko,Shilla dan Gabriel… Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan dengan jiwa kebangsaan…
Hening Cipta dimulai diiringi lagu Mars Hening Cipta…
Semua mengenang jasa para pahlawan… Cakka teringat akan jasa kakeknya yang pernah diceritakan Ayahnya… Dia jadi teringat akan keluarganya yang dulu…
Yah Cakka memang punya Papa dan Mama tapi itu hanya Papa dan Mama tiri… Dia hanyalah anak yang diadopsi oleh pasangan suami Isteri yang tak bisa mempunyai keturunan… Waktu itu karena terpisah dari keluarganya Cakka tinggal dipanti asuhan sampai Papa dan Mamanya sekarang mengadopsi dia menjadi anak mereka… Cakka memang hidupnya tidak susah malah enak menjadi orang kaya bahkan kedua orang tuanya sangat sayang kepada dia… segala yang Cakka minta pasti terpenuhi hanya saja kedua orang tuanya yang sekarang tak punya waktu bersama dia karena sering ke luar kota bahkan ke luar negeri… Cakka sangat rindu akan kehangatan keluarga seperti dulu walau hanya bersama Ayahnya dan Cahya… Dia juga ingat akan Bundanya yang walaupun tak pernah dilihatnya tapi dia yakin bahwa bundanya adalah seorang pahlawan baginya karena rela menukar nyawanya agar Cakka lahir ke dunia…
Tak terasa airmata Cakka telah menetes selama paduan suara menyanyikan lagu mars hening cipta…
Lagu hampir habis Cakka menghapus airmatanya sebagai pemimpin upacara dia tak boleh lemah… Dia harus tegar sama seperti para pahlawan…
Hening ciptapun selesai… Bertepatan dengan habisnya lagu hening cipta…
Tiba-tiba….
“Bruuuukk…” Seseorang jatuh dari dalam barisan…
Itu adalah Oik… Cakka yang melihatnya tak menghiraukan kalau saat ini dia masih memimpin upacara dia segera menuju ke tempat Oik…
Dia mengangkat Oik lalu menggotongnya ke ruang UKS…
Shilla yang melihatnya heran … karena selama Cakka menjadi pemimpin upacara Cakka tak pernah seperti itu… dulu pernah ada orang yang pingsan tapi Cakka tak sepanik itu dia tetap melanjutkan Upacara…
Posisi Cakkapun digantikan oleh Alvin sebagai pemimpin upacara… dan Upacara dilanjutkan….
Sedangkan Cakka dan beberapa guru merawat Oik yang tadi pingsan…



“Dimana aku?” Oik membuka matanya samar-samar

“Kamu diruang UKS… tadi kamu pingsan….”

“Loh kok kamu disini sih Cakka? Bukannya kamu jadi pemimpin upacara tadi?”

“Udah gak apa-apa kok udah digantiin yang penting kamu pulih dulu… kenapa kamu bisa pingsan…”

“Gak tadi tiba-tiba kepalaku pusing lalu semua terasa gelap…”

“Yasudah kamu istirahat dulu… aku akan menjaga kamu sampai kamu benar-benar pulih…”

“Tapi Cakka…”

“Udah gak pake tapi-tapian…” Kata Cakka

Oikpun mengikuti saran Cakka… Ia beristirahat… Cakka memandangi kalung yang tergantung dileher Oik… Tak salah lagi itu kalung Cahya…

‘Besok aku akan mengajak Oik ke suatu tempat… semoga dia bisa ingat siapa aku…’ Cakka bergumam dalam hati…


Setelah tadi melaksanakan upacara Shilla berjalan-jalan disebuah pusat perbelanjaan…
Untung saja hari ini Mall buka walaupun bukanya siang karena 17-an semua atribut di Mall jadi bernuansa merah putih…
Shilla ingin mencari hadiah ulang tahun buat Cakka… Cakka pernah bilang kepada Shilla kalau dia ingin jadi gitaris… Jadi Shilla ingin membelikan sebuah gitar untuk Cakka…
Walaupun Cakka benci ulang tahunnya entah kenapa… Tapi Shilla ingin membuat ulang tahun Cakka kali ini berbeda…
Shilla kemudian teringat akan foto yang ditemukannya waktu itu Cakka, Seorang anak perempuan dan seorang Pria dewasa… Apakah Foto itu ada hubungannya dengan kebencian Cakka akan hari ulang tahunnya?
Shilla kemudian melihat sebuah gitar acoustic disalah satu toko music didalam mall tersebut… Sepertinya cocok buat Cakka…
Walaupun harus menguras tabungannya Shilla tetap membelikan gitar itu untuk sahabatnya…
Ia segera kembali kerumah dan membungkusnya tak sabar untuk menanti hari esok…


Cakka duduk termenung dikelasnya… Hari ini ulang tahunnya…
Tak satupun orang yang memberikan selamat karena Cakka yang melarangnya… Dia sedih karena di Ulang Tahunnya 3 orang yang sangat dia sayang pergi meninggalkannya… Pertama Bundanya yang pergi untuk selama-lamanya karena mengorbankan nyawanya supaya Cakka dan Saudara kembarnya lahir… Kedua Ayahnya yang pergi tepat diulang tahunnya yang ke 6 … dan Karena dia tak bisa menjaga saudara kembarnya. Saudara kembarnya itu pergi juga karena kebodohannya…
Tiap tanggal 18 Cakka selalu menyalahkan dirinya sendiri…
Oik kemudian lewat didepan kelas Cakka…
“Oik…” Panggil Cakka…
Ada apa Cakka?”
“Boleh bicara sebentar?”
“Tentu saja…”
“Sebentar pulang sekolah kamu ikut ke rumahku… ada yang mau aku tunjukan sama kamu…”
“Bukannya kamu pulangnya sore?”
“Iya sebenarnya… tapi aku sudah minta izin untuk pulang duluan…mau yah?”
“Oh yaudah…”
“Aku jemput kamu dikelas…” Kata Cakka…
“Oke… aku ke kelas dulu yah Cakka… sebentar lagi Bel masuk berbunyi… nanti aku terlambat masuk…”
Oikpun berlalu dari hadapan Cakka


Shilla memasuki halaman rumah Cakka sambil membawa sebuah kue ulang tahun yang diatasnya terdapat lilin angka 12 tahun…
Dia ingin membuat sebuah kejutan untuk Cakka…
Tapi dirumah Cakka tampak sepi… seharusnya jam segini Cakka sudah pulang… Iapun masuk kedalam rumah Cakka…
Sepertinya tak ada seorangpun…
Iapun menuju dapur dilihatnya Bi Sum sedang memotong sayuran…
“Bi Cakka dimana?”Tanya Shilla
“Dibelakang Non… ruangan biasa… tapi kali ini dia bawa seseorang masuk kesana…”
“Siapa Bi?”
“Bibi gak tahu Non… yang pasti seorang Cewek…”
Mendengar Hal itu Shilla bagaikan ditimpa dengan besi seberat 1000 ton… Berat rasanya…
“Bi… Shilla boleh minta izin ke belakang gak?”
“Pergi aja Non… Tapi kalau soal masuk ke ruangan itu Bibi gak tahu yah non…”
Shilla pergi menuju belakang rumah Cakka…
Hatinya dagdigdug tak karuan… dalam hatinya bertanya Siapa yang Cakka ajak masuk kedalam ruangan tersebut? Apa alasan Cakka sehingga cewek itu bisa masuk kedalam ruangan tersebut sedangkan Shilla yang sudah lama bersahabat dengannya tidak bisa masuk kedalam ruangan itu?
Ia melangkahkan kakinya perlahan menuju ruangan misteri Cakka…
Dan “Plaaaakkk….” Kue yang dibawah Shilla jatuh ke tanah ketika melihat Cakka dan Oik baru keluar dari ruangan tersebut…
Kali ini tidak ada toleransi hatinya benar-benar sakit… Oik yang baru Cakka kenal bisa masuk kedalam ruangan itu sedangkan Shilla sahabatnya sejak lama tak diizinkan untuk masuk… bahkan Shilla sampai harus mengendap-endap untuk masuk kedalamnya…
Cakka dan Oik kaget melihat Shilla… dengan Airmata Shilla berlari sekencang-kencangnya… Ia tahu kalau Cakka mengejarnya dari belakang tapi Ia tak peduli yang ada dipikirannya hanyalah menjauh dari Cakka… Cakka menyakiti hatinya… Sakit perih yang tak tertahankan dia lebih mempercayai orang yang baru dia kenal daripada sahabatnya sendiri sahabat sejak lama…


Shilla menatap sebuah Kado yang dibungkus dengan kertas kado berwarna hijau… Kado yang kelihatannya sangat besar…
Yah itu kado yang Ia sediakan untuk Cakka… Menurutnya itu tak berguna lagi… Shilla ingin membuangnya ke bak sampah tak jauh dari rumahnya…
Tapi tangannya ditahan oleh seseorang…
“Oik….ngapain kamu disini?”Tanya Shilla sambil menghapus airmatanya…
“Kak Shilla… jangan buang kado itu… Oik yakin kak Shilla pasti akan menyesal jika membuang kado itu…”
“Tau apa kamu tentang kado ini… aku tak akan menyesal…”
“Aku tahu kalau itu kado buat Cakka…kejadian yang kakak lihat tadi tak seperti dugaan kakak… Oik bisa ngejelasin kok…”
“Gak usah dijelasin yang pasti dia lebih mempercayai kamu dibanding aku…”
“Bukan itu maksud Cakka… kak Shilla mau kak Cakka makin membenci hari ulang tahunnya karena kehilangan bukan Cuma 3 orang tetapi 4 orang yang dia sayangi?”
“Maksud kamu?”
“Oik akan cerita tapi kakak jangan buang hadiah itu…”
“Baiklah… ayo ke rumahku…cerita disana…”
Shilla dan Oik berjalan menuju sebuah rumah yang tak jauh dari situ…

“Sekarang ceritakan….”
“Kamu tahu gak kalau Cakka itu anak angkat?”
“Gak…”
“Kamu tahu kalau Cakka dulu punya saudara kembar dan punya keluarga sebelum musibah menimpanya?”
“Cakka gak pernah cerita…”
“Bundanya Cakka meninggal setelah melahirkan Cakka dan Cahya saudara kembarnya… sedangkan ayahnya meninggal saat ulang tahunnya yang ke 6 dan saudara kembarnya dibawa paksa oleh tuan rumah tempat Cakka tinggal dulu…”
“Oh jadi foto waktu itu Ayah dan Saudara kembarnya yah?... trus kenapa kamu bisa tahu semua itu?”
“Begini ceritanya …..

-FlashBack-

Sepulang sekolah Cakka menjemput Oik dikelasnya seperti yang dia bilang tadi…
Setelah itu mereka berdua sama-sama ke rumah Cakka…
Tiba dirumah Cakka… Cakka segera mengajak Oik ke ruangan Misterinya…
Ruangan yang tak dapat disentuh siapapun kecuali dirinya… dan kini dia membawa Oik…
“Ruangan apa ini Cakka?”
“Ini ruangan rahasiaku…”
Cakka dan Oik mendekati sebuah peti yang mengkilap…
Kemudian Cakka membuka peti tersebut… Didalam peti itu ada sebuah Gitar tua dan sebuah Foto…
“Kamu ingat gitar ini?”
Oik kaget dengan pertanyaan Cakka…
“Aku tak pernah melihat sebelumnya…”
“Kalau begitu kamu ingat ini?” Tanya Cakka lalu memberikan sebuah foto yang sama persis seperti yang dilihat Shilla waktu itu…
Dia melihat anak kecil perempuan yang memakai kalung sama persis dengan yang dia kenakan sekarang…
“Ini kalungnya mirip dengan kalungku…”
“Iya… dia saudara kembarku… namanya Cahya… kami terpisah karena suatu musibah… dan kini kalungnya ada bersama kamu… berarti kamulah Cahya … kamulah saudara kembarku…” Kata Cakka airmatanya sudah menetes…
“Kamu salah Cakka… Aku bukan Cahya… Kalung ini aku dapat dari sahabatku namanya Cahya… mungkin Cahya yang kamu maksud adalah Cahya sahabatku…”
“Cahya sahabatmu? Trus dimana Cahya sekarang?...” Cakka mendesak Oik…
“Sayangnya Cahya telah tiada dia meninggal dalam perjalanannya… katanya Ia ingin mencari saudaranya…”Kata Oik lirih…
Airmata Cakka semakin deras Oik memeluk Cakka…
“Kalau begitu antarkan aku ke makam Cahya… aku ingin minta maaf sama dia…”Kata Cakka yang sudah berusaha tegar… Ia menghapus airmatanya… Ia mengambil gitar tua itu lalu mengajak Oik keluar…

-Flashback Selesai-

“Trus Cakka dimana sekarang?” Tanya Shilla…
“Dia ada di makam Cahya…”
“Kalau begitu antarkan aku kesana…” Kata Shilla
Oik dan Shillapun menuju ke sebuah tempat pemakaman umum…


Shilla mendekati Cakka yang berada disamping sebuah makam dimakam itu tertulis sebuah nama ‘Cahya Kaweni Nuraga’ 18 Agustus 1998 – 11 Agustus 2010… Tragis Cahya baru meninggal seminggu yang lalu…
Shilla mendekati Cakka…
“Cakka…” Melihat kedatangan Shilla… Cakka segera memeluk Shilla…
“Maafin aku Shilla… aku salah tak seharusnya aku sembunyikan ini semua dari kamu sahabatku sendiri…”
“Aku yang salah Cakka seharusnya tadi aku memberikan kesempatan kamu untuk menjelaskan semua…Aku sudah tahu cerita kamu dari Oik… Oik menceritakan semua…”
Merekapun melepaskan pelukan mereka…
“Jadi isi didalam peti itu gitar tua ini?”Tanya Shilla
“Yah ini benda yang sangat berharga didalam hidupku…”
“Kamu boleh maikan sebuah lagu untukku dan untuk semua orang yang kamu sayang?untuk bunda,untuk Ayah kamu dan untuk Cahya…”
“Boleh…” Cakka mulai memetik gitarnya dan memainkan sebuah lagu…



Dari kejauhan Oik menatap kedua sahabat itu…
Tak lama kemudian datang 2 orang yang berpakaian serba putih… itu adalah Ayah dan Bunda Cakka…
Oik menatap kearah dua orang itu…
“Cahya… tugasmu telah selesai dihari terakhir kesempatanmu… kau berhasil melaksanakan tugasmu… anakku sekarang kembali bersama Ayah dan Bunda… Saatnya telah tiba..”Kata Ayah Cakka…
Kemudian Bunda mengulurkan tangannya kepada Oik atau Cahya itu…
Diapun menyambutnya… Raganyapun keluar dari tubuh itu dan tubuh itu lenyap… Sekarang terlihat 3 orang menggunakan Baju putih itulah Ayah,Bunda dan Cahya…Mereka tersenyum bersama lalu naik menembus awan-awan…
Yah Oik adalah Cahya saudara kembar Cakka…
Waktu dia meninggal dia masih diberikan kesempatan selama seminggu untuk mencari Cakka sebelum ulang tahun Cakka dan membuat Cakka kuat…
Tapi Cakka tak boleh tahu kalau dia adalah Cahya… Maka dari itu Cahya kembali masuk ke dalam tubuhnya dan menjadi Oik selama seminggu…
Sampai Akhirnya dia berhasil menemukan Cakka…

Cakka telah selesai menyanyikan lagu sambil bermain gitar…
“Selamat ulang tahun Cakka… ku mohon berhenti menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi… karena itu sudah takdir dari yang Di Atas… jangan benci ulang tahunmu nanti bundamu sedih percuma dia mengorbankan nyawanya kalau akhirnya kamu membenci hari itu… Dan ini hadiah dariku…” Kata Shilla lalu memberikan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas kado berwarna hijau…
“Terima kasih Shilla… kamu memang sahabat yang paling mengerti aku… aku janji tak akan membenci hari ini lagi… karena hari ini adalah hari yang bahagia…” Kata Cakka tersenyum…
“Nah itu baru Cakka yang aku kenal…”
“Ini hadiahnya apa sih Shil? Kok besar banget?...”
“Buka aja…”
Cakka membukanya hadiah itu berisi gitar acoustic …
“Wow…Gitar… makasih yah Shilla… Hadiah buat Cahya mana?”Kata Cakka…
“Hehehe kamu bisa aja… ada kok…”
Shilla mengambil sebuah keranjang yang berisi mahkota bunga melati putih serta sebuah bucket bunga mawar merah…
“Selamat ulang tahun juga Cahya… semoga tenang dialam sana…” Kata Shilla…

Cakka dan Shilla pulang ke rumah… Walaupun mendapat gitar baru dari Shilla tapi Cakka tetap akan merawat Gitar tua pemberian Ayahnya… Karena itu benda berharga miliknya…
Semenjak saat itu di usianya yang sudah bertambah Cakka berjanji akan menjalani hidupnya lebih baik daripada yang dulu…
Menjadi Cakka yang tegar dan kuat seperti pahlawan-pahlawan Indonesia

Tamat..

By : Chantal Faya Pemata Indah

CStory : 17-18 by Elisabeth Yossy


CStory: 1718



Cakka memandang Shilla, adiknya, serta kedua orangtuanya dengan tatapan sebal. Sedari tadi, mereka hanya sibuk membicarakan tentang hari raya Kemerdekaan yang terjadi pada tanggal 17 Agustus nanti. Tak ada satupun dari mereka yang mau membicarakan tentang ulang tahun Cakka yang tepat sehari setelah hari Kemerdekaan, yaitu tanggal 18 Agustus.
“Kak, kok kamu diem aja sih?” tegur Debo, adik Cakka, yang sejak tadi melihat Cakka hanya diam dalam kecemberutannya.
“Tau, Ka, kamu gak ada rencana apa buat tujuh belasan nanti. Aku kan jadi panitia, kamu nggak ikutan?” tambah Shilla membuat wajah Cakka tambah memburuk.
“Halah, repot. Mending juga ngurusin acara ULANG TAHUN aku besoknya!” sindir Cakka sambil melirik kalender yang tepat berada di sebelahnya.
Mama dan Papa yang sedang berbincang heboh kini menatap Cakka dengan perasaan bersalah. Debo juga tampak tersentak. Sedangkan Shilla hanya tersenyum garing. Sebenarnya kejadian ini sudah sering terjadi, selama 11 tahun Cakka dilahirkan.
“Ya ampun, Cakka, maaf, Mama….,” potong Mama sambil mendekati Cakka dan membelai rambut Cakka lembut.
“Udah biasa, kok,” cetus Cakka sambil menuju ke kamarnya dengan langkah berat, seakan mencoba tegar.
Mama, Papa, dan Debo jadi sedikit merasa bersalah. Sedangkan Shilla, sebagai sahabat Cakka sejak kecil, turut merasakan bagaimana rasanya dilupakan. Sakit. Apalagi selama sebelas tahun ini.

^0^
“Cakka, tumben sendirian, nggak sama Alvin,” tegur Shilla saat di kantin. Kebetulan mereka satu sekolah juga satu kelas. Sama-sama duduk di kelas 7-6.
“Alvin lagi ngerjain PR Geografi di kelas,” jawab Cakka sambil menyeruput lemon tea-nya.
Shilla mengangguk-angguk sambil merebut lemon tea Cakka lalu meminumnya. Cakka menatap Shilla syok sebentar, merasa kalau lemon tea-nya akan habis. Shilla memang biasa melakukan ini. Mereka berdua sudah seperti kupu-kupu dan sayapnya. Tak mampu dipisahkan.
“Jangan di habisin!” teriak Cakka sambil meratapi lemon tea-nya yang baru ia minum seperempat.
Shilla pun mengembalikan lemon tea cakka yang sudah tinggal setengah. Sangat berbeda jauh dengan yang tadi. Shilla hanya nyengir, tak merasa bersalah sama sekali.
“Lemon tea, ku,” ratap Cakka lalu buru-buru menghabiskan lemon tea nya. Takut diminta Shilla lagi.
Shilla hanya terkikik melihat Cakka yang tampak serius meminumnya. Tanpa ia sadari, matanya sudah menatap lekat pada Cakka. Ada sesuatu ketertarikan saat ia menatap Cakka. Mata Shilla seolah tak mau lepas dari Cakka. Cakka sekarang terlihat begitu menarik di depannya.
“Cakka,” panggil Shilla masih menatap Cakka lekat-lekat.
Cakka menelan lemon tea nya sebentar untuk menjawab pertannyaan Shilla. “Apaan?”
“Kamu mau kado apa buat hari ulang tahun?” Tanya Shilla membuat Cakka menatapnya dengan tatapan malas.
“Kamu bener-bener pengen tahu?” balas Cakka dengan nada sinis. Shilla mengangguk tanpa menyadari perubahan ekspresi Cakka. Cakka menghela nafas, pedih rasanya. “Aku Cuma pengen, aku dilahirin bukan pada tanggal 18 Agustus, tanggal di mana orang-orang hanya sibuk dengan hari kemerdekaan, tanpa ingat hari ulang tahunku. Itu doang kok.”
Shilla segera menyadari bahwa apa yang ia sampaikan salah besar. Pertannyaan Shilla justru membuat Cakka semakin merasa kecewa. Padahal, mungkin saja Cakka sudah melupakan kejadian tadi malam. Shilla benar-benar merasa dirinya terlalu bodoh.
“Sorry, Ka. Aku…,”
“Yeee, nih anak malah minta maaf,” potong Cakka sambil menggaruk-garuk kepalanya. Kepala Shilla makin menunduk. Bagaimanapun, ia merasa tidak enak. “Tadikan kamu nanya, ya aku jawab. Kok kamu jadi ngerasa bersalah gitu sih? Nyantai aja kali. Hehe.”
Shilla menatap wajah Cakka yang sekarang tersenyum padanya. Shilla mencoba meneliti, adakah senyum paksaan di sana? Tapi, nyatanya, gak ada. Itu adalah senyuman tulus dari seorang Cakka. Senyuman ketegaran dari seorang anak yang hanya ingin ulang tahunnya diingat.
Shilla segera memeluk Cakka, yang dibalas kekagetan oleh Cakka. Shilla sangat ingin memeluk ketegaran yang tampak ringkih itu. Shilla ingin mencoba menguatkannya. Bagaimanapun, ia adalah sahabatnya. Ia juga suka lupa hari ulang tahun Cakka, ya, karena terlalu sibuk dengan hari kemerdekaan yang selalu membuat Cakka merasa tak nyaman. Bagaimanapun, Shilla juga merasa, kalau ia jugalah penyebab kekecewaan Cakka.
Cakka yang masih kaget pun balas memeluk Shilla dan membelai rambut Shilla. Tubuh Shilla sangat harum. Pelukannya juga hangat. Baru kali ini Cakka merasakan pelukan Shilla setelah sekian tahun bersahabat. Cakka segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Apa yang sebenarnya sedang ia pikirkan?
“Hem--. Pada ngapain nih? Berbuat tidak senonoh di kantin,” tegur seseorang membuat Cakka dan Shilla melepaskan pelukannya, walau sebetulnya belum ikhlas. Wajah keduanya pun bersemu merah.
“Apaan sih? Berbuat tidak senonoh. Kamu pikir aku ngapain,” ujar Shilla dengan wajah memerah.
“Tau nih, si Alvin. Ngomong-ngomong, udah selesai ngerjain Geo nya?” tanya Cakka mencoba melupakan kejadian tadi.
“Udah kok. Pegel nih tangan aku. Mau refreshing di kantin, eh dapet pemandangan Luna Maya sama Ariel versi sederhana,” ledek Alvin membuat wajah Shilla makin memerah sementara Cakka mendelik ke arahnya namun dengan wajah masih memerah. “Di lanjutin atuh pelukannya. Maaf ya udah ganggu.”
Alvin segera pergi sambil terkikik melihat Cakka dan Shilla yang sekarang sudah salting mendadak. Mereka pun segera melakukan aktifitas masing-masing dalam diam. Ingin mengawali pembicaraan, tapi bingung mau mengawalinya dari mana. Yang terfikirkan hanyalah adegan pelukan yang baru saja mereka lakukan.

^0^
Hari ini adalah tanggal 17 Agustus, hari yang paling tidak disukai Cakka, walau tak dibencinya juga. Bagaimanapun, ini adalah hari kemerdekaan negaranya. Gegap gempita, sorak sorai, dan kemeriahan di RT nya membuat Cakka semakin tak bersemangat. Orang tuanya bahkan tampak ceria kembali. Tak merasa bersalah seperti waktu itu.
Debo tiba-tiba saja masuk ke kamarnya dengan napas tak teratur dan wajah sumringah.
“Kak, keluar dong. Ikut acara malemnya, yuk! Kan udah nggak ikut lombanya. Kak Shilla jadi panitianya loh!” seru Debo antusias.
“Males bangeeet,” jawab Cakka sambil tiduran di kamarnya dan mendengarkan Ipod yang masih menempel erat di telinganya.
Debo segera menghampiri Cakka dan duduk di sebelah kasurnya sambil mencopot headset yang sejak tadi pagi sudah nangkring di kuping Cakka. Cakka segera mendelik marah ke adiknya yang hanya berjarak satu tahun itu.
“Iiiih, rese banget sih!” ujar Cakka kesal sambil merebut headsetnya kembali dari tangan Debo dan kembali meletakannya di telinganya.
“Ayo dong, Kak. Sekali-sekali merasakan indahnya tujuh belasan,” balas Debo sambil menarik-narik tangan Cakka yang sibuk menekan tombol ipod nya untuk mencari lagu yang bagus.
“Ih, apaan sih,” omel Cakka sambil menarik tangannya yang ditarik-tarik Debo. Debo makin cemberut.
“Ayolaaah, Kak. Sekali iniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii aja. Kasian tuh Mama udah nyiapin baju tujuh belasan buat kakak,” bujuk Debo lagi membuat Cakka menghela napas pasrah.
“Oke, oke, aku ikut,” ujar Cakka berat sambil melepaskan headset dari telinganya membuat senyum Debo segera terkembang. Cakka segera mengambil pakaian dan handuk yang segera tersampir di pundaknya. “Atas nama Mama! Bukan atas bujukan kamu.”
“Bodo amat, bodo amat. Yang penting kakak ikutan,” balas Debo sambil mengikuti langkah Cakka. “Eh, bajunya udah di siapin Mama di kamar mandi. Pake yang itu aja.”
Setelah berkata begitu, Debo segera ngacir sebelum Cakka membentaknya dengan seribu kata-kata tajam.
“Ngomong kek dari tadi! Aku kan nggak usah bawa-bawa baju dari kamar! Capek tahu naik ke atas lagi! Gak tahu apa ya kamarku tuh ada di pojok?!” omel Cakka sambil melangkah menuju kamarnya dengan derap langkah yang terdengar sangat kasar.

^0^
Pentas acara 17-an yang memang sering diadakan oleh komplek sekitar perumahan Cakka memang rutin diadakan. Acaranya hanya pentas kecil-kecilan, games, doorprize, dan pembagian hadiah untuk anak-anak yang sudah berlomba tadi siang. Acara ini selalu diadakan tepat pukul 7 dan Cakka baru sampai sana jam 8.
“Itu kak Cakka!” seru Debo membuat kedua orang tuanya segera menoleh ke arahnya dengan wajah senang. Debo pun segera menghampiri Cakka. “Kak, kok baru dateng sih? Acaranya kan jam 7?”
“Masih mending dateng kan?” ujar Cakka dengan nada yang agak sinis.
Sebenarnya, Cakka tak ingin bersikap seperti itu. Namun, ketidaksukaannya pada hari ini membuatnya tak bisa menutupi sedikit saja ketidaksukaannya.
Debo pun nyengir pasrah saat mendengar ucapan Cakka yang tajam. Debo tahu, Cakka pasti tidak suka hadir di tempat ini. Tapi, ini satu-satunya cara bagi Debo untuk menebus semua kesalahannya. Kesalahan, karena telah sering melupakan ulang tahun kakak tercintanya. Semoga saja, usaha yang dibuatnya berhasil.
“Oh, ya, aku duduk di mana nih. Pegel tau,” ujar Cakka setelah diam beberapa saat. Cakka juga sedikit merasa tak enak, mungkin saja karena sikapnya tadi, Debo jadi tersinggung.
“Oh, iya, maaf kak,” ujar Debo masih setengah melamun, lalu celingak-celinguk untuk mencari seseorang. “Hmm… itu dia, KAK SHILLA!” panggil debo membuat Cakka menatapnya heran.
“Eh, aku nyari bangku, bukannya nyari Shilla,” kata Cakka dengan agak kesal. Ternyata adik semata wayangnya bukan hanya tak peduli akan ulang tahunnya, tapi tak peduli juga akan kakinya yang sudah mulai terasa sangat pegal. “Woi, de! Kamu dengerin aku nggak sih!”
Tapi, sepertinya Debo benar-benar tak mendengar kata protes Cakka. Matanya masih tertuju pada Shilla yang sedang berlari kearah mereka. Tapi tiba-tiba, Shilla kehilangan keseimbangan yang menyebabkannya terjatuh. Untung saja ada Debo dan Cakka yang sigap untuk menangkapnya.
“Hati-hati Mbak kalo jalan. Nggak ada apa-apa kok jatoh,” nasehat Cakka membuat Shilla nyengir kesakitan.
“Hehe. Iya, Mas. Maaf ngerepotin,” ujar Shilla lalu menatap Debo yang sedang berlari menjauh dari mereka berdua. “Oh, ya, Ka, udah lama?”
“Nggak sih, baru aja. Tapi, kalo kamu nanya aku berdirinya udah lama atau belum ya…. Udah lama,” jawab Cakka membuat Shilla terkekeh.
“Kamu juga sih, bukannya duduk,” kata Shilla sambil berjalan mencari tempat duduk diikuti Cakka. “Nih, kamu duduk di sini aja.”
Cakka pun duduk di bangku yang Shilla suruh. Cakka segera memijit-mijit kakinya yang terasa pegal. Emang dah si Debo, adik durhaka. Kakaknya di biarin aja berdiri. Untung aja ada Shilla.
“Ka, aku ke belakang dulu ya. Masih ada urusan di belakang tuh,” pamit Shilla.
“Iya deh ibu panitia. Selamat bertugas ya,” ledek Cakka membuat Shilla tertawa dan segera meninggalkan Cakka bersama orang-orang yang tak dikenalnya.
Cakka segera memperhatikan ke panggung 17-an. Sekarang sedang ditampilkan sekelompok penari hip-hop mengenakan baju merah putih yang luar biasa keren. Cakka sampai terperangah saat melihatmereka melakukan aksinya dengan melemparkan diri kesana kemari. Kalau Cakka yang melakukan, mungkin sudah patah tulang.
“Kak, udah ngambil nomer buat doorprize belum?” tegur Debo yang tiba-tiba sudah berada di sebelahnya. Cakka sampai tersentak kaget.
“Kamu tuh muncul udah kayak jin aja,” kata Cakka sambil memperhatikan sesuatu di tangan Debo. “Belom ngambil. Emangnya kenapa?”
“Ya kalo belom sekarang ambil,” pinta Debo sambil menyodorkan sesuatu di tangannya yang di dalamnya berisi beberapa nomer.
Cakka segera merogohkan tangannya ke dalam kotak di tangan Debo dan mengambil isinya. Cakka pun membuka isinya dan melihat nomer yang tertera di atasnya.
“Ntar kalo nomer kakak di panggil, kakak maju ke depan buat ngambil hadiahnya,” terang Debo sambil mengusap-usap kepala Cakka, layaknya seorang kakek yang sedang menasehati cucunya.
Cakka segera membetulkan kembali rambutnya yang acak-acakan. “Iya, saya tahu, Kek. Emangnya saya gak pernah ngambil doorprize sampe harus di kasih tau segala.”
“Yeee, emangnya salah ngasih tau,” cibir Debo sambil beranjak pergi.
“Eh, mau ke mana?” panggil Cakka membuat Debo menghentikan langkahnya dan menatap Cakka. “Bete nih sendirian. Kamu mau kemana?”
“Yee, aku kan panitia. Perasaan udah cerita deh,” jawab Debo membuat Cakka melongo. Adiknya juga jadi panitia ternyata. “Nanti deh aku panggilin Kak Shilla buat nemenin Kakak.”
“Kenapa mesti Shilla? Kenapa nggak kamu aja?” tanya Cakka agak kesal.
“Aku kan panitia, sibuk,” alasan Debo yang sebenarnya nggak logis banget. Cakka memandang adiknya tak percaya.
“Shilla juga panitia, apa bedanya sama kamu,” sindir Cakka yang sudah tak dipedulikan Debo. “Bilang aja nggak mau nemenin aku!” sindir Cakka lagi dengan agak sedikit berteriak. Tapi terlambat, Debo dan Cakka sudah terlampau jarak yang jauh.
Cakka menghela nafas berat. Di sini, bukannya disambut hangat, malah dicengin abis-abisan begini. Mendingan nggak usah dateng deh. Kedua orang tuanya juga udah nggak keliatan lagi. Padahal tadi duduk di depan. Ahhhh! Makin bĂȘte aja deh Cakka. 17-an memang hari paling menyebalkan bagi Cakka.
Daripada bosen sendirian, Cakka segera duduk di depan, di tengah-tengah gerombolan cowok-cowok yang sebaya dengannya. Cakka juga cukup mengenal mereka. Masa se-RT gak kenal sih. Mereka juga menyambut Cakka dengan ramah. Mungkin, Cakka bisa sedikit terhibur bila bersama mereka. Rame-rame kan lebih baik daripada sendirian.
“Hei, Ka. Tumben dateng 17-an?” tanya seseorang dari mereka sambil tersenyum ramah.
Cakka memandang ke arahnya merasa bersyukur. Akhirnya ada juga seseorang yang mau mengawali pembicaraan dengannya sebelum Cakka mati bosan di sini.
“Eh, iya. Abisnya bĂȘte di rumah,” ujar Cakka berbohong membuat orang di sebelahnya mengangguk. “Ngomong-ngomong… kamu Rio kan?”
“Iya bener banget! Ternyata aku terkenal juga, ya,” kata Rio sombong membuat Cakka terkekeh pelan. Kayaknya, Rio anaknya asik.
Rio dan Cakka segera menghentikan perbincangan mereka karena sudah acara doorprize. Sebenarnya, Cakka masih ingin berbincang-bincang dengan Rio daripada ngedengerin acara nggak penting ini. Tapi, berhubung Rio sangat tertarik dengan acara doorprize ini, mau nggak mau Cakka menghentikan kegiatan ngobrolnya. Masa Cakka ngomong sendirian. Gila dong.
“Dan, yang mendapatkan doorprize pertama adalah………….,” potong panitia membuat Rio deg-degan setengah mampus. Terlihat dari matanya yang tampak antusias. Sementara Cakka, kertas doorprize nya udah kekuwel-kuwel nggak berbentuk dan sekarang malah Cakka mau buang. “Nomer 18!” seru panitia heboh.
Rio tampak mendengus kesal. Sementara Cakka malah bengong. Itu kan nomernya. Iya! Itu nomernya! Cakka pun segera berdiri dan berjalan ke depan dengan langkah bersemangat. Ternyata menang doorprize bisa sesenang ini juga. Pantesan Rio antusias banget. Cakka juga merasakan tatapan iri Rio.
Panitia segera memberikan hadiah untuk Cakka diiringi senyuman dari Shilla. Rupanya Shilla sedang ada di sana.
“Dan, hadiah berikutnya diberikan kepada……..,” panitia membuat suasana jadi lebih menegangkan. Apalagi Rio, walau Cakka hanya melihat dari atas panggung, tapi sangat terlihat jelas kalau Rio gugup. Panitia segera mendekatkan mike nya membuat Rio meremas kertasnya sangking geregetannya. Cakka sampai tertawa terang-terangan. “Nomer 8!”
Rio segera menekuk wajahnya. Berarti itu bukan nomer yang tertera di kertas Rio.
“Yeeeeeee! Nomer aku disebut!” teriak seseorang yang sangat Cakka kenal. Ya, dia adalah Debo.
Dengan tergopoh-gopoh, Debo berlari ke atas panggung dan berdiri di sebelah Cakka. Debo segera tersenyum dengan wajah bangga seakan baru memenangkan sebuah penghargaan. Debo anaknya emang suka berlebihan dan nggak tahu malu. Cakka juga heran, kok Debo bisa menang. Dia kan panitianya. Masa panitia menang, kayaknya aneh aja.
“Panitia kok menang,” ledek Bapak Panitia saat menyerahkan hadiah kepada Debo. Debo segera tersenyum sumringah. Emang dasar dah nih anak, nggak tahu malu.
“Baiklah, pembagian doorprize nanti akan dilanjutkan jam 12 malam,” lanjut sang panitia membuat sorakan kecewa menggema di lapangan itu. Apalagi suara Rio yang terdengar paling keras.
Debo dan Cakka segera turun dari atas panggung. Debo segera kabur di balik layar untuk melanjutkan tugas panitianya lagi. Sementara Cakka menghampiri Rio yang tampak kecewa berat.
“Sabar ya, Yo, nanti juga kamu dapet doorprize nya,” hibur Cakka yang sudah tahu apa yang dipikirkan Rio dengan wajah kusutnya sekarang.
Rio memandang Cakka dengan tatapan minta di kasihani membuat Cakka jadi menyesal menghiburnya. “Ka, kamu emang sahabat yang baik. Demi menghilangkan kesedihanku, kamu mau nggak traktir aku jagung bakar di depan sambil nunggu jam 12?”
Cakka menganga. Baru kenal udah begini. Rio ini terlalu supel, apa emang nggak tahu malu? Cakka jadi teringat seseorang dengan sikap yang sama seperti ini. Siapa lagi kalau bukan adiknya, Debo.
“Ka, aku lagi sedih nih, masa nggak mau menghiburku dengan nraktir aku. Cuma jagung doang, kok,” rayu Rio lagi masih dengan tatapan sedihnya. Dengan pasrah, Cakka mengangguk membuat Rio tersenyum senang sambil merangkul Cakka menuju ke abang jagung bakar terdekat.

^0^
“Aduh, makasih banget ya, Ka. Jadi ngerepotin,” kata Rio sambil meniup-niup jagung yang udah mampir di tangannya.
“Bukannya kamu yang maksa ya?” sindir Cakka sambil memakan jagung di tangannya. Rio tertawa pelan karena sedang sibuk dengan jagung di tangannya. “Oh, ya, Yo, aku boleh nanya sesuatu nggak?”
Rio mengangguk tanpa bersuara. Dia tak mau kehilangan momen-momen kenikmatan dari jagung bakar itu. Tak ada makanan yang lebih enak dibandingkan makanan gratis.
“Ehm… kenapa sih, kamu pengen banget dapet doorprize?” tanya Cakka membuat Rio tersedak. Cakka tersentak dan segera memberikan minum kepada Rio. “Nih, diminum dulu.”
Rio segera mengambil gelas berisi teh hangat dari tangan Cakka dan meminumnya. Setelah merasa tenggorokannya aman, Rio pun meletakkan gelas itu ke atas meja dan kembali memakan jagung bakarnya.
“Kamu bener-bener pengen tahu kenapa aku pengen banget dapet doorprize?” tanya Rio balik membuat Cakka mengangguk, agak heran.
“Tapi, kalo nggak mau ngasih tau juga gak apa-apa kok. Aku gak maksa,” ralat Cakka buru-buru takut Rio menganggapnya terlalu ingin tahu urusan orang.
“Nggak apa-apa kok,” jawab Rio membuat Cakka langsung mengubah wajahnya ke eskspresi serius. “Aku pengen banget dapet doorprize karena, aku pengen banget ngerasain gimana rasanya dapet hadiah.”
“Hah? Maksudnya?” tanya Cakka lagi membuat Rio tersenyum.
“Yaa… kamu pasti tahulah gimana rasanya dapet hadiah pas ulang tahun. Aku Cuma pengen ngerasain itu doang, kok. Kapan lagi coba dapet hadiah selain ikutan doorprize,” jelas Rio membuat Cakka mengangguk-angguk.
“Emangnya… kamu nggak pernah dapet hadiah… pas ulang tahun?” tanya Cakka hati-hati membuat Rio menghadap ke arahnya. “Sorry, aku terlalu pengen tahu urusan kamu.”
“Nggak apa-apa kok. Aku malah seneng jadi ada temen curhat,” jawab Rio membuat Cakka tersenyum. “Sebenernya… aku nggak tahu hari ulang tahun aku.”
“Kok bisa?”
“Yah… karena nggak ada yang ngasih tau ulang tahun aku kapan. Papaku setres karena sesuatu hal yang sulit dijelaskan. Nginget nama aku aja nggak bisa. Sedangkan mamaku, meninggal bunuh diri karena udah nggak sanggup ngurusin keluargaku yang udah ancur berantakan. Jadi, siapa yang mau ngasih tau ulang tahunku,” jelas Rio masih dengan senyuman yang seakan tak mau pudar dari bibirnya.
Cakka terdiam. Tak tahu lagi mau berkata apa. Sebenarnya, Cakka masih ingin bertanya lebih jauh, tapi Cakka tak mau membuat Rio semakin sedih. Walau dari raut wajah Rio tak menampakkan kesedihan sedikitpun. Berkat Rio, Cakka juga menyadari bahwa masih banyak orang yang lebih tidak beruntung darinya mengenai ulang tahun. Cakka masih suka mendapat hadiah dari orang tuanya. Walaupun telat.
“Udahlah, nggak usah serius mulu dong. Nggak seru, ah,” kata Rio sambil mengacak rambut Cakka yang sedang menunduk. “Oh, ya, mau nraktir aku lagi, gak. Masih laper nih. Hehe.”
Cakka tersenyum lalu mengangguk tulus. Hidup memang harus dibawa nikmat. Ya, kayak Rio ini.

^0^
“Baiklah, pembagian doorprize akan dilanjutkan. Dan yang mendapatkan doorprize ketiga adalah nomer…………………… 19!” teriak panitia membuat seorang bapak berkumis tebal menaiki panggung.
“Bukan nomer kamu lagi?” tanya Cakka membuat Rio menggeleng lesu. Cakka menepuk pundak Rio, berusaha menenangkannya. “Sabar, ya. Semoga abis ini dapet.”
“Baiklah, dan nomer berikutnya adalah nomer…..,” potong panitia membuat Rio kembali dagdigdug, kalau Cakka malah sudah bosan mendengarnya dan juga ngantuk, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam. “Nomer terakhir yang muncul adalah…… 98!”
Cakka melirik Rio lagi yang tampak diam. Rio tidak bergerak sedikitpun. Cakka jadi khawatir. Kalau itu memang bukan nomer Rio, dengan senang hati Cakka akan memberikan hadiah doorprize miliknya, kalau memang Rio sangat menginginkannya.
“Rio, kalau misalnya kamu emang kepengen banget tuh hadiah, aku bisa…,”
“Cakka!” jerit Rio membuat Cakka menghentikan ucapannya. Rio juga menggenggam erat tangan Cakka. Matanya berbinar-binar. “Itu nomer aku, Ka! Itu nomer aku!”
Cakka langsung tersenyum senang. “Ya udah, buruan maju! Ntar nomer kamu keburu hangus!”
“Oh, iya bener-bener!” ujar Rio semangat sambil bangkit berdiri. “Woi, panitia itu nomer aku!”
Rio segera berlari kearah panggung dengan semangat 45. Entah mengapa, Cakka juga jadi ikut bersemangat. Rio mengambil hadiah di tangannya layaknya seseorang yang baru saja lulus kuliah dan menjadi sarjana. Wajahnya tampak terharu. Berlebihan memang, tapi itulah Rio.
Setelah Rio turun dari atas panggung, Shilla segera naik ke atas panggung dan mengambil alih mike. Bunyi gendang yang tak jelas asalnya pun bergemuruh meriah. Cakka bingung menatap sekeliling, sementara Rio masih sibuk dengan hadiahnya.
“Teman-teman yang berbahagia. Kita sudah membacakan nomer doorprize yang berisikan 18, 8, 19 dan 98,” kata Shilla membuat semua perhatian tertuju kearahnya. “Dan dari nomer-nomer itu ada hubungannya dengan hari kelahiran seseorang, yang sampai saat ini dan semasa hidupnya belum pernah merayakan hari ulang tahunnya. Dan untuk itu, pada jam 12 lewat 5, tepat pada tanggal 18 Agustus 2010, kita merayakan hari ulang tahun sahabat kita tercinta, Cakka Kawekas Nuraga!”
Cakka tersentak. Dia tak tahu lagi harus berkata apa. Ini terlalu mendadak. Rasa kantuk yang semula melandanya juga hilang seketika. Cakka segera menatap Shilla yang sedang tersenyum padanya. Cakka tak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ulang tahun Cakka kali ini akan dirayakan?
Kembang api yang menggelegar di langit hitam itu, seolah menjawab pertanyaan Cakka. 18-08-98. Itulah yang digambarkan kembang api itu. gemuruh gendang pun semakin semangat bertalu-talu. Cakka masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ulang tahunnya dirayakan. Betapa itu sangat membahagiakan.
Kedua orang tua Cakka segera muncul sambil membawa kue berhiaskan lilin berjumlah 12 di atasnya, sementara Debo membawa pisau yang sepertinya dipersiapkan untuk memotong kue. Rio yang ada di samping Cakka pun segera memeluknya dan membisikkan ucapan selamat kepada Cakka.
Cakka ingin meniup lilin di kue itu, tapi, orang tuanya melarang. Mereka mengisyaratkan Cakka untuk melihat kearah yang ditunjuk Debo. Cakka pun mengalihkan pandangannya kearah yang ditunjuk Debo.
Sekelompok anak paskibra datang dengan membawa sebuah bendera. Bendera itu bergambar Cakka semasa kecil sampai sekarang. Cakka geleng-geleng kepala melihatnya. Siapa yang membuat ide se-ekstrim ini. Tiga anak yang bertugas mengibarkannya sudah siap dan akan menaikannya ke atas layaknya bendera merah putih sungguhan.
“Bendera siap!” teriak salah satu petugas dengan suara bass-nya.
“Kepada, sang Cakka Kawekas Nuraga, nyanyiiiiiiiiiiiii grak!” perintah Debo membuat Cakka cengo seketika.
Piano dari tangan Shilla mengiring begitu indahnya. Lagu 17 Agustus yang diubah liriknya pun menggema ke seantero lapangan itu. Cakka sampai nggak berkedip melihatnya.

18 Agustus tahun 98
Itulah hari kelahiran si Cakka
Hari berbahagia, keluarga Nuraga, hari lahirnya Cakka Kawekas Nu… Ra.. Ga
Sekali berbahagia, tetap bahagia
Selama Cakka di dunia ini
Kita berbahagia, berbahagia, menyenandungkan lagu ini.
Kita berba-hagia, berba-hagia, merayakan ulang tahun

Tepuk tangan meriah memenuhi lapangan itu. Rasa puas, bahagia, senang, terharu, bercampur aduk menjadi satu. Cakka segera meniup lilinnya begitu lagu ‘tiup lilin’ berkumandang dan memotong kue begitu lagu ‘potong kue’ berkumandang. Cakka segera memeluk kedua orang tuanya dan memberikan kue pertama kepada mereka.
“Ma, Pa, makasih ya buat ulang tahun Cakka yang indah ini,” ujar Cakka sambil memeluk Mama-nya erat.
Mama membalas pelukan hangat Cakka. “Sama-sama, sayang. Maafin Mama juga ya yang sering ngelupain ulang tahun kamu karena berdekatan dengan hari kemerdekaan.”
Cakka melepaskan pelukannya dan menggeleng. “Nggak masalah, kok Ma. Cakka juga nggak butuh dirayain dengan hebring kayak gini lagi. Hehe.”
Mama mengelus rambut Cakka diikuti Papa.
“Gimana ide kita, hebat kan?” tanya Debo yang juga ikut-ikutan mengelus rambut Cakka. Bukan mengelus sih, lebih tepatnya ngeberantakin. Heran deh sama Debo, seneng banget ngeberantakin rambutnya.
Cakka membetulkan rambutnya yang berantakan. “Bukan hebat, lebih tepatnya lebai.”
“Yang penting, kamu seneng kan?” tanya Shilla yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Cakka tersenyum sambil mengacak rambut Shilla. “Heran deh, cowok kok senengnya ngacak-ngacak rambut. Ngiri ya nggak punya rambut panjang? Haha.”
“Ngapain iri sama kamu? Rambut penuh kutu aja sombong,” canda Cakka sambil menarik hidung Shilla membuatnya meringis kesakitan.
“Oh, ya Kak. Hadiah doorprize nya dibuka dong. Itu hadiah dari Kak Shilla,” ujar Debo sambil menunjuk kado di tangan Cakka.
“Hah? Kado ini?” ulang Cakka sambil menunjuk kadonya membuat Debo mengangguk. “Ini kan hadiah doorprize, masa dari Shilla. Ini mah dari semua panitia.”
“Ihhh, kakak nggak liat apa, kalo bungkus kado kakak beda sama hadiah doorprize yang lain,” ujar Debo kesal. Cakka menatap kado Rio dan orang-orang yang mendapatkan doorprize. Memang benar. Kado yang lain hanya dibungkus Koran, sementara Cakka dibungkus kertas kado berwarna merah-putih.
“Eh, iya juga, ya. Bodoh banget sih aku. Masa beginian doang nggak sadar,” kata Cakka sambil mengelus-elus kadonya.
“Ya udah, sekarang buka dong” kata Debo gemas. Cakka pun segera membukanya.
“Eh, jangan dibuka sekarang dong!” cegah Shilla. Tapi terlambat, Cakka sudah keburu membuka kadonya. Cakka terperangah melihat isi kadonya. Sementara Shilla menundukkan kepalanya. “Kan aku udah bilang, bukanya di rumah aja.”
Debo terbahak. Semua orang yang ada di situ juga ikut tertawa. Shilla makin menundukkan kepalanya.
Kado yang Shilla berikan adalah sebuah celana dalem berwarna merah putih seperti bendera, dan terdapat tulisan ‘Cakka 12th’ yang terlihat Shilla jahit sendiri. Sementara, di bagian pinggirnya, berjahitkan tulisan ‘Shilla’. Mungkin maksud Shilla supaya Cakka bisa mengingat itu adalah kado pemberian Shilla. Tapi, tanpa diberi tanda pun, Cakka akan selalu mengingat pemberian Shilla yang ajaib itu.
“Kasihan amat bendera Indonesia disamain sama…. Huakakakakakk!” tawa Debo semakin menggelegar diikuti yang lainnya. Cakka segera menjitak Debo saat melihat Shilla yang tampangnya sudah nggak karuan.
“Nggak kok, Shil. Hadiahnya bagus. Beneran deh,” hibur Cakka sambil menaikkan kepala Shilla supaya menghadapnya. Shilla tersenyum. Tapi, kemudian menunduk lagi karena sangat, sangat, sangat malu melihat tatapan orang di sekelilingnya yang memandangnya geli. “Ya udah, kita pergi aja dari sini. Aku pengen jalan-jalan sama kamu. Aku pengen cerita banyak.”
Cakka pun menarik tangan Shilla dan membawanya pergi dari situ. Ia juga tak ingin Shilla merasa bahwa hadiahnya aneh. Memang sih agak ajaib, namun jarang orang berpikiran mau memberikan hadiah itu. Lagipula, hadiah itu juga sangat berguna untuk Cakka.
“Ya, ya, ya. Kok aku ditinggalin sih,” keluh Debo saat melihat sekelilingnya mulai bubar karena acara resminya juga sudah selesai. “Aku kan males pulang. Pengen begadang sekalian.”
“Sama aku aja, De,” jawab Rio sambil merangkul Debo membuat Debo menatapnya sinis.
“Pasti ada imbalannya deh,” kata Debo yang sudah tau bagaimana sikap asli Rio.
Rio nyengir sambil melirik tukang bakso yang sedang nongkrong di sebelahnya. “Kayaknya, itu boleh juga, tuh.”
Debo segera melirik kantongnya dan mengeluarkan dompetnya sambil melihat isinya. “Ayo, dah. Kita kencan berdua. Emangnya Cuma Cakka sama Shilla yang bisa berduaan.”
Rio tersenyum. Sebodo teinglah sama Shilla dan Cakka, yang penting, Rio ditraktir lagi. Dasar Rio. Maunya gratisan aja. -_-

karya : ELISABETH YOSSY
^0^