Jumat, 17 September 2010

Cstory : Gitar Tua by Chantal

Shilla memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu gelap hanya ada cahaya samar-samar dari atap karena gentengnya sepertinya bocor. Matanya lalu terpaku pada sebuah peti yang kelihatannya berbeda dari barang-barang yang lain disekitarnya. Peti itu terlihat paling mengkilap diantara yang lainnya seperti sangat dijaga dan dirawat baik-baik. Shilla pun mendekati peti tersebut baru saja Ia ingin membuka peti tersebut tiba-tiba….

“Kreek..kreeek…” Suara Pintu terdengar dibuka dengan perlahan Oleh seseorang…
Shilla Panik…
Baru saja Ia ingin bersembunyi tapi terlambat orang itu telah mengetahui keberadaan Shilla disitu…
“Shilla……ngapain kamu disini?”Tanya Orang itu kelihatannya sangat kaget ketika melihat keberadaan Shilla disitu…
“Cakka…aku…”Kata Shilla dipotong oleh orang yang bernama Cakka itu…
“Aku sudah bilang sama kamu jangan pernah masuk ruangan ini tanpa seizinku… Kenapa kamu malah masuk mengendap-endap seperti pencuri kedalam ruangan ini?” Tanya Cakka yang emosi
Shilla tertunduk lalu berkata…
“Maafin Aku Cakka… Aku tak bermaksud seperti itu… Aku Cuma pengen tahu kenapa kamu selalu melarangku untuk masuk kedalam ruangan ini… Trus kenapa kamu bisa betah berada diruangan ini tanpa mengizinkan seorangpun masuk kedalam… Aku kan sahabat kamu masa kamu tak mengizinkan aku untuk masuk kedalam ruangan ini juga…”
“Aku kan sudah bilang sama kamu nanti suatu saat pasti akan ku beri tahu… tapi bukan sekarang dan bukan dengan cara yang seperti ini… Sahabat macam apa kamu kalau caranya seperti ini hah???!!!!”
Kata-kata Cakka barusan seperti pedang bermata dua yang menusuk hati Shilla… Shilla tak tahan dia sudah mulai mencucurkan airmatanya… Ia pun meninggalkan Cakka dari tempat itu sambil berlari keluar dari ruangan itu…

Cakka sadar kalau dia tak seharusnya bersikap begitu kepada Shilla… Apalagi Shilla adalah sahabatnya tetapi Cakka sudah terlanjur terbawa emosi sehingga dia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri…


Cakka menatap Shilla dari kejauhan… Rasa bersalah masih ada didalam dirinya setelah kejadian dia membentak Shilla dan membuat dia menangis hanya karena ruangan misteri Cakka… Ia tak berani menyapa Shilla karena takut Shilla masih marah dengannya…
Tapi ternyata Shilla berjalan kearahnya semakin mendekat dan dekat, Kini Shilla telah berada didepan Cakka…

“Heeii bebek dari tadi kemana aja? Gak kelihatan kamu… biasanya udah nyamperin aku dikelas”
Cakka kaget dengan sikap Shilla yang biasa terhadapnya… Shilla tidak marah sedikitpun… Cakka masih melongo…
“Bek… Kok bengong kayak gitu? ke kantin yuk…” Kata Shilla sambil menarik Cakka…
“Eh?! Kodok… mmm… ayo…” Cakka bangkit dari tempat duduknya menuju kantin bersama Shilla…

Cakka dan Shilla memang bersahabat sejak lama mereka juga punya panggilan akrab Shilla memanggil Cakka dengan Panggilan Bebek sedangkan Cakka memanggil Shilla dengan Panggilan Kodok… Dimana ada Cakka disitu juga ada Shilla… Mereka saling melengkapi tapi satu hal yang Cakka tak pernah cerita kepada Shilla tentang sebuah ruangan seperti gudang di belakang rumah Cakka… Sejak mereka bersahabat Cakka tak pernah mengizinkan Shilla masuk kedalam ruangan itu… Dan yang membuat Shilla heran Cakka betah berlama-lama didalam ruangan itu…
Itulah yang membuat Shilla nekat ingin masuk ke dalam ruangan itu karena dia penasaran dengan Isi ruangan itu…
Cakka dan Shilla nyaris tak pernah bersih teggang seperti kemarin kalau palingan Cakka marah sama Shilla atau sebaliknya hanya dalam hitungan detik pasti sudah baikan. Itulah yang terjadi kali ini juga…
Tapi kali ini Cakka benar-benar merasa bersalah makanya dia takut kalau Shilla marah dan tak mau memaafkan dirinya…

Cakka dan Shilla telah tiba dikantin … Setelah mereka memesan makanan mereka duduk di sebuah meja nomor 25…

“Hmmm… Dok… maafin aku soal kemarin yah….”
“Haha… Bek… gak usah dipikirin deh udah aku maafin sebelum kamu minta maaf… lagipula aku juga salah … betul kata kamu sahabat macam apa aku ini yang gak mau mendengarkan kata sahabatnya sendiri… udah ah gak usah ngomongin itu yang penting sekarang kita tetap sahabat” Shilla tersenyum
“Aku Janji suatu hari akan ku ajak kamu melihat sesuatu yang ada didalam ruangan itu… suatu hari….”


Shilla menunggu Cakka didepan kelas Cakka… Shilla sudah tak berpakaian seragam sekolah dia mengenakan kaos berwarna Pink dan Celana jeans selutut serta sepatu kets…
Shilla sudah pulang sekolah memang dari tadi tapi Cakka belum… Karena Cakka ikut kelas Akselerasi yaitu kelas percepatan…
Kelas Akselerasi adalah kelas khusus siswa yang berprestasi tak sembarang orang bisa masuk kedalamnya… Mereka hanya mempunyai 7 orang murid yaitu Cakka, Alvin, Obiet, Debo,Ozy, Agni dan Gita …
Yap… Cakka memang lebih muda setahun dari Shilla tapi kini mereka sekelas…
Kelas Akselerasi pulang lebih lama daripada regular… Kalau regular jam 2 siang sudah pulang sedangkan kelas Akselerasi baru menyelesaikan KBM pada jam 4 sore… Shilla sudah terbiasa menunggu Cakka didepan kelas Cakka…
Ia menunggu Cakka sambil membaca sebuah Novel yang sudah beberapa hari ini dia baca… Sesekali menengok kearah pintu kelas Cakka yang dikunci rapat…

Tak lama kemudian pintu itu dibuka oleh seorang Guru… Guru itu adalah Sir Dave guru bahasa Inggris yang agak kawai… Dia menatap Shilla, Shilla tersenyum padanya… Sir Dave memang sudah biasa melihat Shilla didepan kelas Akselerasi tiap kali dia selesai mengajar…

“Good Afternoon Sir…” Sapa Shilla…
“Good Afternoon Shilla…” Balas Pak Dave lalu berlalu dari hadapan Shilla…

Seseorang mengeluarkan kepalanya dari dalam kelas tersebut… Itu adalah Debo…

“Kebo… Cakka mana?” Tanya Shilla pada Debo…
“Ahh… Kamu sama Cakka sama aja yah manggil aku Kebo… ganteng begini dibilang Kebo….Cakka ada didalam… mau aku panggilin?”
“Pake nanya lagi… yaiyalah…”
“Pangeran Bebek… sudah di jemput Putri Kodok….”Teriak Debo…
“Sebentar Kebo… Gue lagi beres-beresin barang…” Terdengar suara Cakka dari dalam…

Cakka dan Shilla memang suka memanggil Debo dengan sebutan Kebo soalnya dulu waktu perkemahan Debo paling susah dibangunin tidurnya kayak Kebo deh…hehehe piss…

Cakka memakai sepatunya… Didalam kelas Akselerasi memang dilarang menggunakan sepatu kalau lagi dikelas.
Jadi anak-anak akselerasi menyediakan sandal khusus untuk dipakai didalam kelas… Setelah memakai sepatunya Cakka keluar dari ruangan itu…

“Udah siap… yukkk…” Kata Cakka
“Yuk…”
Cakka dan Shilla pergi dari situ…


“Emang tugas kamu apa sih Dok?” Tanya Cakka
“Ini nih sejarah… suruh buat keliping tentang kemerdekaan Indonesia kan sebentar lagi 17-an… Jadi Bu Winda menyuruh kita buat keliping Bek…”
“Ohh… aku punya mungkin beberapa buku yang bisa membantu kamu… Yuk kerumah aku aja Dok…” Kata Cakka…

Merekapun pergi menuju sebuah rumah yang cukup megah… Lalu masuk ke ruang belajar Cakka…

“Bebek… Mama sama Papa kamu kemana?”Tanya Shilla
“Oh biasalah Dok kayak gak tahu mama dan papa aja… sibuk…” Kata Cakka…

Cakka dan Shilla memulai mencari artikel-artikel tentang kemerdekaan Indonesia mereka membuka-buka beberapa buku milik Cakka…
Shilla kemudian membuka sebuah buku sejarah yang kelihatannya sudah usang…
Tiba-tiba Ia menemukan sebuah Foto… Seperti Foto Cakka waktu masih kecil… Waktu itu Cakka pernah menunjukan Foto masa kecilnya dan anak laki-laki kecil ini mirip dengan foto Cakka yang waktu itu ditunjukan pada Shilla… Anak laki-laki itu memegang sebuah Gitar tua…
Tapi di foto itu gak Cuma anak laki-laki kecil yang mirip Cakka tetapi ada seorang anak perempuan kecil dikuncir dua wajahnya tak jauh dengan Cakka… Ada juga seorang Pria yang memeluk anak laki-laki dan perempuan itu… Tapi Pria itu bukan seperti Papanya Cakka yang Shilla kenal…Terdapat pula kue ulang tahun dengan angka lilin angka 6…
Tertulis dibelakang…. ‘Selamat Ulang Tahun Anak-anakku 18 Agustus 2004… Cakka Kawekas Nuraga dan…. Cah’
Shilla tak sempat membaca tulisan selanjutnya… Cakka tiba-tiba berkata…
“Dok… artikel ini sepertinya bagus buat tugas kamu….”
Shilla segera memasukan kembali Foto yang Ia temukan ke dalam buku itu lalu meletakan buku itu ditempat semula…
“Mana??” Shilla menghampiri Cakka…
“Ini … nanti gambar-gambarnya aku googling aja yah..” Kata Cakka menyerahkan sebuah buku kepada Shilla...
“Bebek….boleh nanya sesuatu gak?” Kata Shilla setelah mengambil buku tersebut sedangkan Cakka masih sibuk dengan Laptopnya…
“Nanya aja…” Kata Cakka sambil memainkan mouse…
Shilla berpikir sejenak…
“Hmmm…. Gak jadi deh… nanti kapan-kapan aja…”
“Nanya aja sekarang sebelum aku berubah pikiran…”
“Gak apa-apa lagipula pertanyaanku gak penting…” Shilla tersenyum garing…

Sebenarnya dia ingin menanyakan Soal Foto yang tadi… Tapi dia takut nanti Cakka marah lagi apalagi semenjak kejadian waktu itu…
Jadi Shilla mengurungkan niatnya… Nanti kalau suasananya lagi enak baru dia bertanya kembali…



Dikelas 7 katanya ada murid baru anak-anak sesekolahan sibuk membicarakan murid baru itu… Katanya seorang cewek cantik…
Shilla jadi penasaran dengan cewek tersebut…

“Bruuukkk…” Cakka menabrak seseorang…
“Maaf…” Kata Orang itu sambil memungut kembali buku-bukunya…
“Oh gak apa-apa seharusnya aku yang minta maaf karena aku yang menabrak kamu….” Kata Cakka…
Iapun mengangkat kepalanya…
Cakka melihat sosok Gadis manis didepannya dilehernya ada sebuah kalung yang bertuliskan ‘Cahya’ …
Cakka shock melihat kalung itu… Dia seperti mengulang kembali sebuah memori… Tepatnya diulang tahunnya dulu…

-FlashBack-

Hari itu tanggal 18 Agustus 2004 sehari setelah peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI….
“Cakka…Cahya… bangun…” Sebuah suara membangunkan dua anak kecil laki-laki dan perempuan…
Tak lama kemudian mereka terbangun…
“Hmmmm… ada apa Ayah? Pagi sekali ini…” Kata Cakka kecil…
“Iya nih … masih ngantuk…” Kata Cahya saudara kembar Cakka…
“Heiii…. Ini hari penting… ulang tahun kalian… masa kalian lupa juga… ayo siap-siap… sekalian kita ke makam kakek dan Bunda… kemarin tanggal 17 Agustus kita gak sempat Ziarah ke makam kakek kan? Sekalian kita ke makam Bunda kita Ziarah 6 tahun kepergian Bunda…”Kata Ayah mereka lirih…

Kakeknya Cakka adalah pahlawan kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus mereka biasanya berziarah ke makam kakeknya sedangkan kemarin mereka tak sempat berziarah karena Ayah Cakka sakit…
18 Agustus adalah hari ulang tahun Cakka dan saudara kembarnya Cahya… Sekaligus hari kematian Bunda mereka karena waktu melahirkan mereka Bunda mengorbankan nyawanya…

“Ayah yakin kita pergi ke makam Kakek sama Bunda? Ayah sudah sembuh?”Tanya Cakka…
Ayahnya mengangguk… Merekapun bersiap-siap setelah itu menuju ke sebuah tempat pemakaman…
Mereka menuju ke 2 buah kuburan yang berdekatan… Itu adalah kuburan Kakek dan Bunda mereka…
Setelah memanjatkan doa mereka menaburkan bunga melati yang dibawa mereka dari rumah…
“Pa…ini cucu-cucu papa… udah besar loh pa…sekarang udah 6 tahun… dirgahayu pa… maaf kemarin anakmu tak bisa datang berkunjung kemari… semoga tenang dialam sana…” Kata Ayah Cakka…
Kemudian dia beranjak dari situ… dan menuju makam yang ada disebelahnya… itu adalah makam Bundanya Cakka…
“Bun… ini anak-anak kita Cakka dan Cahya… Ini hasil pengorbananmu… sekarang mereka tepat berusia 6 tahun…itu artinya 6 tahun juga kamu tak bersamaku…” Airmata Ayah Cakka sudah mulai menetes… sementara Cakka dan Cahya hanya menatap lirih makam bunda mereka… Bunda yang tak pernah mereka lihat…

Seusai berziarah mereka kembali ke rumah mereka…
Ternyata ayah mereka sudah menyiapkan sebuah kue ulang tahun yang diatasnya bertuliskan angka 6 dan 2 buah kado…
Setelah meniup lilin dan memotong kue mereka membuka kado pemberian Ayah mereka… Cahya membuka pertama kado yang diberikan Ayah…
Ternyata sebuah kalung yang bertuliskan ‘Cahya’…
“Wah bagus sekali…. Makasih ya Ayah…”Kata Cahya sambil memeluk Ayahnya…
“Pasti Hadiah aku lebih bagus… hadiahku kan lebih besar…”Sombong Cakka lalu membuka kado tersebut… dan Isinya adalah sebuah Gitar tua…
“Loh kok gitar tua…? Hadiahnya Cahya bagus kok aku gitar tua sih?” Protes Cakka… sedangkan Cahya tertawa kecil…
“Waktu itu kan Cakka pernah bilang pengen jadi gitaris Iya kan?”
“Iya…tapi masa pake gitar tua begini…”
“Cakka jangan melihat benda dari usianya tetapi lihatlah dari kekuatannya Gitar ini milik kakek… waktu ulang tahun Ayah kakek juga memberikan gitar ini untuk Ayah…awalnya Ayah juga protes seperti kamu… tapi ketika mendengar penjelasan kakek… Ayah sadar kalau itu salah…”
“Iya deh…. Makasih yah Ayah hadiahnya bagus… akan Cakka rawat Gitar ini…” Kata Cakka memeluk Ayahnya…
Setelah itu merekapun mengabadikan momen itu dengan berfoto…
Tiba-tiba ayah Cakka batuk keras dan mengeluarkan darah….
Cakka dan Cahya menangis melihat Ayahnya…
“Cakka… Cahya… jadilah anak yang baik… Cakka… ayah titip Cahya yah… kamu kan anak laki-laki harus melindungi Cahya… Cahya jangan bandel sama Cakka… maaf ayah tak bisa membahagiakan kalian…” Setelah berkata seperti itu Ayah mereka menghembuskan nafas terakhir…
Cakka dan Cahya Histeris…

Tak lama setelah Ayahnya meninggal hanya berselang beberapa menit seorang ibu-ibu datang bersama 2 orang lelaki…

“Mana Ayah kalian??” Tanya Ibu itu…
Cakka dan Cahya diam masih meratapi jasad ayahnya didepan mereka yang terbujur kaku…
“Oh jadi ayah kalian sudah meninggal? Kalau begitu kalian angkat kaki dari rumah ini…. Karena Ayah kalian belum membayar sewa bulan ini… eh pake acara mati segala…”Kata Ibu itu.. Kemudian Ibu itu menyuruh ke dua laki-laki tadi…
“kalian angkat mayat orang ini trus buang ke sungai dibelakang aja… gak penting…”
“Jangan Bu… Aku mau Ayah dikuburkan dengan layak…” Kata Cakka merengek…
“Baiklah kamu bisa mengambil jasad ayahmu dan menguburkannya dengan layak tapi sebagai gantinya… Anak perempuan yang manis ini harus ikut bersamaku…” Kata Ibu itu…
Iapun menyuruh 2 lelaki itu menyeret Cahya….
“Cakka….” Teriak Cahya…
“Cahya…” Teriak Cakka berusaha melepaskannya dari genggaman 2 orang lelaki itu…. Tapi nihil Cakka kecil terhempas…
“Oh ya,… jangan lupa singkirkan mayat ayah kamu dari rumahku secepatnya… nanti dia gentayangan disini lagi…”Kata ibu itu

Lalu pergi membawa Cahya Dari situ….

-FlashBack Selesai-

Cakka masih terperangah melihat kalung yang digunakan Gadis didepannya sangat mirip dengan punya saudara kembarnya…
“Heii…kok kamu bengong begitu?”Tanya Gadis itu…
“Eh,… gak apa-apa kok… mmm… nama kamu Cahya ya?”Tanya Cakka..
“Iya,… tapi itu nama keduaku kamu bisa panggil aku Oik…kamu tahu dari mana kalau namaku Cahya?”Kata Gadis itu lalu mengulurkan tangannya…Cakka membalas uluran tangan gadis itu…
Cakka bengong kembali… apakah gadis didepannya ini benar saudara kembarnya? Tapi Cahya itu nama depan saudara kembarnya bukan nama kedua…
 “Heiii kok kamu bengong lagi?”
“Oh…iya namaku Cakka…dari kalung kamu…kalung kamu bagus…”
“Oh ini…makasih… Ini pemberian seseorang yang penting dalam hidupku… tapi kini dia telah tiada… eh maaf jadi curcol…Senang berkenalan dengan kamu Cakka…”Kata Oik…
“Sama-sama”Cakka tersenyum
Dalam pikirannya ‘kalau dia memang Cahya kenapa diagak mengenali aku… tapi kalau bukan kenapa kalung itu begitu mirip dengan punya Cahya… dan katanya kalung itu pemberian orang yang penting dalam hidupnya…
Cakka berada dalam dilemma… semenjak saat itu dia memutuskan untuk mencari tahu tentang Oik…

Dari jauh tampak Shilla sedari tadi memperhatikan Cakka dan Oik si Murid baru, Ada perasaan aneh didalam dirinya melihat Cakka begitu lama menggengam tangan Oik…
Mungkin cemburu… ah gak…gak… Shilla berusaha menepis perasaan aneh didalam dirinya…
Seharusnya dia tak begitu Cakka kan Cuma ingin punya teman baru pikirnya…
Tapi semakin Ia tepis semakin menjadi-jadi perasaan itu…


Semenjak Cakka berkenalan dengan Oik … Cakka jadi jarang main dengan Shilla biasanya rutin… Dulu Cakka tiap pagi menjemputnya dan pergi sama-sama ke sekolah… Kini tak lagi seperti itu…
Tapi Shilla seperti biasa menjemput Cakka di kelasnya… Shilla memang agak kurang suka dengan keberadaan Oik yang membuat persahabatan Cakka dan Shilla agak renggang…

Suatu ketika Shilla menemukan Cakka sedang duduk merenung ditaman sekolah…
“Bek…ngelamun aja…mikirin apa sih?”
“Mikirin sesuatu”Jawab Cakka penuh misteri
“Kok belakangan ini jarang main sama aku lagi sih Bek?”
“Sibuk…”Jawab Cakka singkat
“Sibuk sama Oik yah? Cieee yang punya sahabat baru…sahabat lama dilupakan…”
“Kenapa kamu Cemburu?”Goda Cakka
“Cemburu?! Siapa yang cemburu gak kok…”Kata Shilla sambil memalingkan wajahnya dari Cakka karena takut Cakka melihat perubahan wajahnya…
“Oh…yaudah kalau gitu…”
Shilla agak kecewa dengan jawaban Cakka barusan Ia kemudian menghela nafasnya…
“Cakka sebentar lagi kan kamu ulang tahun…kamu mau hadiah apa dari aku?”Tanya Shilla…
Tiba-tiba wajah Cakka berubah kelihatannya gak suka…
“Jangan pernah kamu ngomongin ulang tahun aku… sudah beberapa kali aku bilang…”
“Tapi masa tiap tahun kamu gak mau ngerayain ultah kamu sih?”
“Karena itu hari terburuk dalam hidupku…”
“Loh? Seharusnya Hari ulang tahun adalah hari yang bahagia”
“Itu buat kamu… Tapi tidak untuk aku…” Kata Cakka…
Ia melihat Oik yang sedang lewat…
“Oik…” Cakka memanggil…
Kemudian dia pergi dari hadapan Shilla menuju ke tempat Oik…
Shilla merasakan sesuatu yang sakit dari dalam dirinya tadi ketika Cakka lebih memilih bersama Oik ketimbang menjawab pertanyaan Shilla…
Shilla masih menyimpan pertanyaan kenapa Cakka tak mau merayakan ulang tahunnya dari dulu padahal itu adalah hari bahagianya…


Shilla membuka matanya Ia menatap kalender yang berada di dinding kamarnya… 17 Agustus 2010… Hari Proklamasi…
Setiap tanggal 17 Agustus dia selalu teringat pada Cakka karena tiap tanggal 17 Agustus Cakka biasaya paling bersemangat…
Biasanya Cakka membangunkan Shilla tiap tanggal 17 Agustus dengan cara yang aneh-aneh karena terlalu bersemangat…
Tahun lalu Shilla ingat Cakka membangunkan Shilla dengan Cara menabuh drum kecil sambil menyanyikan lagu Indonesia raya trus pake baju merah putih… tinggal digerek deh dia jadi bendera…
Tapi pagi ini batang hidung Cakka tak terlihat sedikitpun…
Memang sih hari ini Cakka jadi pemimpin upacara disekolah jadi harus datang lebih awal tapi kan tiap tahun juga begitu…
Apa jangan-jangan gara-gara Oik?... ‘arrrgggh’ Shilla menepis semua pikiran buruk terhadap Cakka… Mungkin saja dia sibuk pagi ini… ‘yah mungkin…’

Shilla telah tiba disekolah… 17 Agustus tahun ini dia menjadi Paskibra…
Dengan pakaian putih-putih ala paskibra dia memasuki area sekolah…
Dilihatnya Cakka sudah menyambutnya didepan gerbang…
“Pagi Kodok… maaf yah tadi pagi gak ngebangunin kamu…”
“Pagi juga Bek… Iya gak apa-apa…”
“Sudah siap merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia…”
“Harus siap dong…”
“Yuk… bawa benderanya ati-ati yah…”
“Kamu juga pimpin upacaranya yang baik biar khidmat…”
“Pastinya…”
Merekapun masuk kedalam sekolah…

Yah begitulah Cakka dan Shilla walaupun kemarin sempat ada pertengkaran sedikit pasti besoknya sudah baikan dan saling melupakan kesalahan…
Tepat jam 09.00 upacara bendera berlangsung dengan Khidmat…
Dengan pemimpin upacara Cakka dan Pembina Upacara Pak Duta sang kepala sekolah…
Bendera merah putih yang dikibarkan Oleh paskibra yaitu Riko,Shilla dan Gabriel… Lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan dengan jiwa kebangsaan…
Hening Cipta dimulai diiringi lagu Mars Hening Cipta…
Semua mengenang jasa para pahlawan… Cakka teringat akan jasa kakeknya yang pernah diceritakan Ayahnya… Dia jadi teringat akan keluarganya yang dulu…
Yah Cakka memang punya Papa dan Mama tapi itu hanya Papa dan Mama tiri… Dia hanyalah anak yang diadopsi oleh pasangan suami Isteri yang tak bisa mempunyai keturunan… Waktu itu karena terpisah dari keluarganya Cakka tinggal dipanti asuhan sampai Papa dan Mamanya sekarang mengadopsi dia menjadi anak mereka… Cakka memang hidupnya tidak susah malah enak menjadi orang kaya bahkan kedua orang tuanya sangat sayang kepada dia… segala yang Cakka minta pasti terpenuhi hanya saja kedua orang tuanya yang sekarang tak punya waktu bersama dia karena sering ke luar kota bahkan ke luar negeri… Cakka sangat rindu akan kehangatan keluarga seperti dulu walau hanya bersama Ayahnya dan Cahya… Dia juga ingat akan Bundanya yang walaupun tak pernah dilihatnya tapi dia yakin bahwa bundanya adalah seorang pahlawan baginya karena rela menukar nyawanya agar Cakka lahir ke dunia…
Tak terasa airmata Cakka telah menetes selama paduan suara menyanyikan lagu mars hening cipta…
Lagu hampir habis Cakka menghapus airmatanya sebagai pemimpin upacara dia tak boleh lemah… Dia harus tegar sama seperti para pahlawan…
Hening ciptapun selesai… Bertepatan dengan habisnya lagu hening cipta…
Tiba-tiba….
“Bruuuukk…” Seseorang jatuh dari dalam barisan…
Itu adalah Oik… Cakka yang melihatnya tak menghiraukan kalau saat ini dia masih memimpin upacara dia segera menuju ke tempat Oik…
Dia mengangkat Oik lalu menggotongnya ke ruang UKS…
Shilla yang melihatnya heran … karena selama Cakka menjadi pemimpin upacara Cakka tak pernah seperti itu… dulu pernah ada orang yang pingsan tapi Cakka tak sepanik itu dia tetap melanjutkan Upacara…
Posisi Cakkapun digantikan oleh Alvin sebagai pemimpin upacara… dan Upacara dilanjutkan….
Sedangkan Cakka dan beberapa guru merawat Oik yang tadi pingsan…



“Dimana aku?” Oik membuka matanya samar-samar

“Kamu diruang UKS… tadi kamu pingsan….”

“Loh kok kamu disini sih Cakka? Bukannya kamu jadi pemimpin upacara tadi?”

“Udah gak apa-apa kok udah digantiin yang penting kamu pulih dulu… kenapa kamu bisa pingsan…”

“Gak tadi tiba-tiba kepalaku pusing lalu semua terasa gelap…”

“Yasudah kamu istirahat dulu… aku akan menjaga kamu sampai kamu benar-benar pulih…”

“Tapi Cakka…”

“Udah gak pake tapi-tapian…” Kata Cakka

Oikpun mengikuti saran Cakka… Ia beristirahat… Cakka memandangi kalung yang tergantung dileher Oik… Tak salah lagi itu kalung Cahya…

‘Besok aku akan mengajak Oik ke suatu tempat… semoga dia bisa ingat siapa aku…’ Cakka bergumam dalam hati…


Setelah tadi melaksanakan upacara Shilla berjalan-jalan disebuah pusat perbelanjaan…
Untung saja hari ini Mall buka walaupun bukanya siang karena 17-an semua atribut di Mall jadi bernuansa merah putih…
Shilla ingin mencari hadiah ulang tahun buat Cakka… Cakka pernah bilang kepada Shilla kalau dia ingin jadi gitaris… Jadi Shilla ingin membelikan sebuah gitar untuk Cakka…
Walaupun Cakka benci ulang tahunnya entah kenapa… Tapi Shilla ingin membuat ulang tahun Cakka kali ini berbeda…
Shilla kemudian teringat akan foto yang ditemukannya waktu itu Cakka, Seorang anak perempuan dan seorang Pria dewasa… Apakah Foto itu ada hubungannya dengan kebencian Cakka akan hari ulang tahunnya?
Shilla kemudian melihat sebuah gitar acoustic disalah satu toko music didalam mall tersebut… Sepertinya cocok buat Cakka…
Walaupun harus menguras tabungannya Shilla tetap membelikan gitar itu untuk sahabatnya…
Ia segera kembali kerumah dan membungkusnya tak sabar untuk menanti hari esok…


Cakka duduk termenung dikelasnya… Hari ini ulang tahunnya…
Tak satupun orang yang memberikan selamat karena Cakka yang melarangnya… Dia sedih karena di Ulang Tahunnya 3 orang yang sangat dia sayang pergi meninggalkannya… Pertama Bundanya yang pergi untuk selama-lamanya karena mengorbankan nyawanya supaya Cakka dan Saudara kembarnya lahir… Kedua Ayahnya yang pergi tepat diulang tahunnya yang ke 6 … dan Karena dia tak bisa menjaga saudara kembarnya. Saudara kembarnya itu pergi juga karena kebodohannya…
Tiap tanggal 18 Cakka selalu menyalahkan dirinya sendiri…
Oik kemudian lewat didepan kelas Cakka…
“Oik…” Panggil Cakka…
Ada apa Cakka?”
“Boleh bicara sebentar?”
“Tentu saja…”
“Sebentar pulang sekolah kamu ikut ke rumahku… ada yang mau aku tunjukan sama kamu…”
“Bukannya kamu pulangnya sore?”
“Iya sebenarnya… tapi aku sudah minta izin untuk pulang duluan…mau yah?”
“Oh yaudah…”
“Aku jemput kamu dikelas…” Kata Cakka…
“Oke… aku ke kelas dulu yah Cakka… sebentar lagi Bel masuk berbunyi… nanti aku terlambat masuk…”
Oikpun berlalu dari hadapan Cakka


Shilla memasuki halaman rumah Cakka sambil membawa sebuah kue ulang tahun yang diatasnya terdapat lilin angka 12 tahun…
Dia ingin membuat sebuah kejutan untuk Cakka…
Tapi dirumah Cakka tampak sepi… seharusnya jam segini Cakka sudah pulang… Iapun masuk kedalam rumah Cakka…
Sepertinya tak ada seorangpun…
Iapun menuju dapur dilihatnya Bi Sum sedang memotong sayuran…
“Bi Cakka dimana?”Tanya Shilla
“Dibelakang Non… ruangan biasa… tapi kali ini dia bawa seseorang masuk kesana…”
“Siapa Bi?”
“Bibi gak tahu Non… yang pasti seorang Cewek…”
Mendengar Hal itu Shilla bagaikan ditimpa dengan besi seberat 1000 ton… Berat rasanya…
“Bi… Shilla boleh minta izin ke belakang gak?”
“Pergi aja Non… Tapi kalau soal masuk ke ruangan itu Bibi gak tahu yah non…”
Shilla pergi menuju belakang rumah Cakka…
Hatinya dagdigdug tak karuan… dalam hatinya bertanya Siapa yang Cakka ajak masuk kedalam ruangan tersebut? Apa alasan Cakka sehingga cewek itu bisa masuk kedalam ruangan tersebut sedangkan Shilla yang sudah lama bersahabat dengannya tidak bisa masuk kedalam ruangan itu?
Ia melangkahkan kakinya perlahan menuju ruangan misteri Cakka…
Dan “Plaaaakkk….” Kue yang dibawah Shilla jatuh ke tanah ketika melihat Cakka dan Oik baru keluar dari ruangan tersebut…
Kali ini tidak ada toleransi hatinya benar-benar sakit… Oik yang baru Cakka kenal bisa masuk kedalam ruangan itu sedangkan Shilla sahabatnya sejak lama tak diizinkan untuk masuk… bahkan Shilla sampai harus mengendap-endap untuk masuk kedalamnya…
Cakka dan Oik kaget melihat Shilla… dengan Airmata Shilla berlari sekencang-kencangnya… Ia tahu kalau Cakka mengejarnya dari belakang tapi Ia tak peduli yang ada dipikirannya hanyalah menjauh dari Cakka… Cakka menyakiti hatinya… Sakit perih yang tak tertahankan dia lebih mempercayai orang yang baru dia kenal daripada sahabatnya sendiri sahabat sejak lama…


Shilla menatap sebuah Kado yang dibungkus dengan kertas kado berwarna hijau… Kado yang kelihatannya sangat besar…
Yah itu kado yang Ia sediakan untuk Cakka… Menurutnya itu tak berguna lagi… Shilla ingin membuangnya ke bak sampah tak jauh dari rumahnya…
Tapi tangannya ditahan oleh seseorang…
“Oik….ngapain kamu disini?”Tanya Shilla sambil menghapus airmatanya…
“Kak Shilla… jangan buang kado itu… Oik yakin kak Shilla pasti akan menyesal jika membuang kado itu…”
“Tau apa kamu tentang kado ini… aku tak akan menyesal…”
“Aku tahu kalau itu kado buat Cakka…kejadian yang kakak lihat tadi tak seperti dugaan kakak… Oik bisa ngejelasin kok…”
“Gak usah dijelasin yang pasti dia lebih mempercayai kamu dibanding aku…”
“Bukan itu maksud Cakka… kak Shilla mau kak Cakka makin membenci hari ulang tahunnya karena kehilangan bukan Cuma 3 orang tetapi 4 orang yang dia sayangi?”
“Maksud kamu?”
“Oik akan cerita tapi kakak jangan buang hadiah itu…”
“Baiklah… ayo ke rumahku…cerita disana…”
Shilla dan Oik berjalan menuju sebuah rumah yang tak jauh dari situ…

“Sekarang ceritakan….”
“Kamu tahu gak kalau Cakka itu anak angkat?”
“Gak…”
“Kamu tahu kalau Cakka dulu punya saudara kembar dan punya keluarga sebelum musibah menimpanya?”
“Cakka gak pernah cerita…”
“Bundanya Cakka meninggal setelah melahirkan Cakka dan Cahya saudara kembarnya… sedangkan ayahnya meninggal saat ulang tahunnya yang ke 6 dan saudara kembarnya dibawa paksa oleh tuan rumah tempat Cakka tinggal dulu…”
“Oh jadi foto waktu itu Ayah dan Saudara kembarnya yah?... trus kenapa kamu bisa tahu semua itu?”
“Begini ceritanya …..

-FlashBack-

Sepulang sekolah Cakka menjemput Oik dikelasnya seperti yang dia bilang tadi…
Setelah itu mereka berdua sama-sama ke rumah Cakka…
Tiba dirumah Cakka… Cakka segera mengajak Oik ke ruangan Misterinya…
Ruangan yang tak dapat disentuh siapapun kecuali dirinya… dan kini dia membawa Oik…
“Ruangan apa ini Cakka?”
“Ini ruangan rahasiaku…”
Cakka dan Oik mendekati sebuah peti yang mengkilap…
Kemudian Cakka membuka peti tersebut… Didalam peti itu ada sebuah Gitar tua dan sebuah Foto…
“Kamu ingat gitar ini?”
Oik kaget dengan pertanyaan Cakka…
“Aku tak pernah melihat sebelumnya…”
“Kalau begitu kamu ingat ini?” Tanya Cakka lalu memberikan sebuah foto yang sama persis seperti yang dilihat Shilla waktu itu…
Dia melihat anak kecil perempuan yang memakai kalung sama persis dengan yang dia kenakan sekarang…
“Ini kalungnya mirip dengan kalungku…”
“Iya… dia saudara kembarku… namanya Cahya… kami terpisah karena suatu musibah… dan kini kalungnya ada bersama kamu… berarti kamulah Cahya … kamulah saudara kembarku…” Kata Cakka airmatanya sudah menetes…
“Kamu salah Cakka… Aku bukan Cahya… Kalung ini aku dapat dari sahabatku namanya Cahya… mungkin Cahya yang kamu maksud adalah Cahya sahabatku…”
“Cahya sahabatmu? Trus dimana Cahya sekarang?...” Cakka mendesak Oik…
“Sayangnya Cahya telah tiada dia meninggal dalam perjalanannya… katanya Ia ingin mencari saudaranya…”Kata Oik lirih…
Airmata Cakka semakin deras Oik memeluk Cakka…
“Kalau begitu antarkan aku ke makam Cahya… aku ingin minta maaf sama dia…”Kata Cakka yang sudah berusaha tegar… Ia menghapus airmatanya… Ia mengambil gitar tua itu lalu mengajak Oik keluar…

-Flashback Selesai-

“Trus Cakka dimana sekarang?” Tanya Shilla…
“Dia ada di makam Cahya…”
“Kalau begitu antarkan aku kesana…” Kata Shilla
Oik dan Shillapun menuju ke sebuah tempat pemakaman umum…


Shilla mendekati Cakka yang berada disamping sebuah makam dimakam itu tertulis sebuah nama ‘Cahya Kaweni Nuraga’ 18 Agustus 1998 – 11 Agustus 2010… Tragis Cahya baru meninggal seminggu yang lalu…
Shilla mendekati Cakka…
“Cakka…” Melihat kedatangan Shilla… Cakka segera memeluk Shilla…
“Maafin aku Shilla… aku salah tak seharusnya aku sembunyikan ini semua dari kamu sahabatku sendiri…”
“Aku yang salah Cakka seharusnya tadi aku memberikan kesempatan kamu untuk menjelaskan semua…Aku sudah tahu cerita kamu dari Oik… Oik menceritakan semua…”
Merekapun melepaskan pelukan mereka…
“Jadi isi didalam peti itu gitar tua ini?”Tanya Shilla
“Yah ini benda yang sangat berharga didalam hidupku…”
“Kamu boleh maikan sebuah lagu untukku dan untuk semua orang yang kamu sayang?untuk bunda,untuk Ayah kamu dan untuk Cahya…”
“Boleh…” Cakka mulai memetik gitarnya dan memainkan sebuah lagu…



Dari kejauhan Oik menatap kedua sahabat itu…
Tak lama kemudian datang 2 orang yang berpakaian serba putih… itu adalah Ayah dan Bunda Cakka…
Oik menatap kearah dua orang itu…
“Cahya… tugasmu telah selesai dihari terakhir kesempatanmu… kau berhasil melaksanakan tugasmu… anakku sekarang kembali bersama Ayah dan Bunda… Saatnya telah tiba..”Kata Ayah Cakka…
Kemudian Bunda mengulurkan tangannya kepada Oik atau Cahya itu…
Diapun menyambutnya… Raganyapun keluar dari tubuh itu dan tubuh itu lenyap… Sekarang terlihat 3 orang menggunakan Baju putih itulah Ayah,Bunda dan Cahya…Mereka tersenyum bersama lalu naik menembus awan-awan…
Yah Oik adalah Cahya saudara kembar Cakka…
Waktu dia meninggal dia masih diberikan kesempatan selama seminggu untuk mencari Cakka sebelum ulang tahun Cakka dan membuat Cakka kuat…
Tapi Cakka tak boleh tahu kalau dia adalah Cahya… Maka dari itu Cahya kembali masuk ke dalam tubuhnya dan menjadi Oik selama seminggu…
Sampai Akhirnya dia berhasil menemukan Cakka…

Cakka telah selesai menyanyikan lagu sambil bermain gitar…
“Selamat ulang tahun Cakka… ku mohon berhenti menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi… karena itu sudah takdir dari yang Di Atas… jangan benci ulang tahunmu nanti bundamu sedih percuma dia mengorbankan nyawanya kalau akhirnya kamu membenci hari itu… Dan ini hadiah dariku…” Kata Shilla lalu memberikan sebuah kado yang dibungkus dengan kertas kado berwarna hijau…
“Terima kasih Shilla… kamu memang sahabat yang paling mengerti aku… aku janji tak akan membenci hari ini lagi… karena hari ini adalah hari yang bahagia…” Kata Cakka tersenyum…
“Nah itu baru Cakka yang aku kenal…”
“Ini hadiahnya apa sih Shil? Kok besar banget?...”
“Buka aja…”
Cakka membukanya hadiah itu berisi gitar acoustic …
“Wow…Gitar… makasih yah Shilla… Hadiah buat Cahya mana?”Kata Cakka…
“Hehehe kamu bisa aja… ada kok…”
Shilla mengambil sebuah keranjang yang berisi mahkota bunga melati putih serta sebuah bucket bunga mawar merah…
“Selamat ulang tahun juga Cahya… semoga tenang dialam sana…” Kata Shilla…

Cakka dan Shilla pulang ke rumah… Walaupun mendapat gitar baru dari Shilla tapi Cakka tetap akan merawat Gitar tua pemberian Ayahnya… Karena itu benda berharga miliknya…
Semenjak saat itu di usianya yang sudah bertambah Cakka berjanji akan menjalani hidupnya lebih baik daripada yang dulu…
Menjadi Cakka yang tegar dan kuat seperti pahlawan-pahlawan Indonesia

Tamat..

By : Chantal Faya Pemata Indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar